Mercusuar, Jakarta – Pasar keuangan, baik rupiah dan bursa saham, sudah pasti akan terpengaruh dengan kondisi yang terjadi terjadi belakangan ini.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian menyatakan keprihatinannya terhadap kondisi saat ini. Dia memandang pasar keuangan akan melakukan rekalibrasi asumsi akan beberapa hal, terutama terkait dengan kestabilan politik Tanah Air.
Koreksi yang terjadi di bursa saham saat ini ke level 7.700 dan nilai tukar rupiah ke Rp16.400 per USD harus menjadi wake up call bagi pemerintah dan pemangku kepentingan.
“Pasar hanya akan bisa berjalan normal ketika peran negara kuat, dan ketertiban masyarakat tercapai,” kata dia, dalam keterangan tertulis, Senin, 1 September 2025.
Terkait dengan ini, Fakhrul memandang hal yang harus ditingkatkan kedepannya adalah usaha pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat (trust).
Menurut dia, kepercayaan ini hanya bisa dicapai ketika pengambilan kebijakan dilaksanakan dengan proses yang baik, dikomunikasikan dengan baik dan tetap menjaga empati masyarakat.
“Ini harus jadi prioritas. Rasa keadilan juga menjadi penting untuk diutamakan dalam pengambilan keputusan, karena meningkatnya aktivitas ekonomi, dan kohesi sosial baik langsung atau tidak langsung akan terdampak dari hal tersebut,” jelas Fakhrul.
Pasar keuangan Indonesia kokoh
Adapun untuk pasar keuangan, menurut Fakhrul saat ini pelaku pasar sedang mengkalibrasi kembali ekspektasi, yang tercermin dari turunnya pasar saham pada Senin, 1 September 2025.
Kondisi likuiditas yang tinggi, tercermin dari tingginya permintaan lelang Surat Berharga Negara (SBN), menunjukkan sistem keuangan Indonesia sedang dalam posisi sangat kuat.
Sehingga pelemahan pasar saham saat ini akan cenderung terbatas, dengan level saat ini di 7.700. Ini menunjukkan pasar meyakini, di tengah adanya ketidakapastian, pemerintah memiliki komitmen untuk keamanan dan ketertiban.
“Di sisi lain, uang beredar di sektor keuangan (likuiditas) sedang dalam kondisi sangat tinggi, tidak perlu takut. Tapi memang, untuk kembali ke arah upward trajectory akan butuh waktu. Di sini, follow up dari pemerintah akan isu-isu yang terjadi akan sangat diperhatikan,” jelas dia.
Sementara untuk nilai tukar rupiah, Fakhrul memandang, dalam jangka pendek, potensi pelemahan rupiah bisa menuju level Rp16.500 per USD karena kondisi risk off. Namun dalam jangka menengah, mengingat Fed setelah ini akan menurunkan suku bunga, serta posisi likuiditas domestik yang kuat, ruang penguatan rupiah masih akan kuat menuju di bawah Rp16 ribu per USD.
“Likuiditas cukup, tapi kita butuh arahan yang konkrit dari pemerintah. Sebelum ini tercapai, IHSG akan berada dalam kondisi konsolidasi,” kata dia.
Oleh karena itu, ini, Fakhrul menyarankan beberapa hal untuk pemerintah, yaitu:
- Mempercepat pembenahan keamanan masyarakat. Berikan rasa keadilan masyarakat lewat tindakan yang tepat atas apa yang terjadi satu minggu terakhir.
- Mempercepat realisasi APBN 2025 karena akan sangat menentukan kondisi daya beli masyarakat.
- Empati harus diutamakan dalam apapun komunikasi lembaga negara, baik untuk legislatif dan yudikatif.
“Terkait sektor ekonomi, sektor terkait renewable energy dan consumer di IHSG bisa menjadi sektor yang diperhatikan,” ujar dia.