Sejarah Desa Kesiman, Dahulu Menjadi Bahan Ejekan Hingga Menjadi Pusat Ekonomi Berbasis BUMDes

Desa Kesiman
Bupati Ikfina Fahmawati meresmikan Wisata Lore Omah melalui program Desa Berdaya di Desa Kesiman, Kecamatan Trawas, Rabu 30 November 2022. (Foto: Dokumentasi Kominfo)

MERCUSUAR.CO, Mojokerto – Desa Kesiman merupakan sebuah desa di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, berhasil mengimplementasikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PAD) dan perekonomian masyarakat setempat.

Dikutip dari cerita Serpihan Catatan Ayuhanafiq seorang pemerhati sejarah dulunya desa ini bernama Kesiman Gemblung. Awalnya, desa ini terisolasi dan terhubung dengan desa-desa tetangga hanya melalui jalan setapak yang sempit.

Bacaan Lainnya

Dengan kemajuan pembangunan dan peningkatan jalan penghubung, desa menjadi lebih mudah diakses. Namun nama Kesiman Gemblung malah membuat malu warga hingga menimbulkan rasa tidak nyaman karena sering diolok-olok.

Dalam pertemuan yang dihadiri Gubernur Jawa Timur ke-8 Sunandar Priyo Sudarmo di Mojokerto, nama desa itu menjadi bahan perbincangan. Mantan Komandan Batalyon Merak 504 itu dengan nada bercanda bertanya, “Mengapa desa itu diberi nama Gemblung?” Ucapan tersebut mengundang gelak tawa para peserta, tak terkecuali perangkat Desa Kesiman Gemblung yang hanya bisa tersenyum melihat desanya menjadi bahan hiburan.

Pada tahun 1983 diadakan musyawarah desa dengan agenda perubahan nama desa untuk menghilangkan istilah Gemblung. Usulan nama baru antara lain Desa Kesiman Jaya, Kesiman Asri, Kesiman Makmur. Akhirnya mereka menetap di Kesiman, tanpa hiasan tambahan apa pun.

Keputusan rapat desa kemudian diteruskan ke pemerintah provinsi untuk disetujui, sebuah proses yang memakan waktu hampir sepuluh tahun. Baru pada pertengahan tahun 1992 dikeluarkan surat keputusan resmi yang secara resmi memberi nama desa Kesiman.

Mengenai nama aslinya, Kesiman Gemblung diyakini berasal dari kata Sima dan Gemblung. Sima merujuk pada harimau yang dulunya banyak terdapat di hutan desa, sedangkan Kesiman dapat diartikan sebagai tempat dengan berbagai jenis. Gemblung berasal dari suara yang dihasilkan sawah di kawasan tersebut, mengingatkan pada blung-blung-blung karena adanya rongga berlubang di bawah permukaan.

Desa Kesiman Menjadi Pusat Ekonomi Berbasis BUMDes

Di luar sejarahnya yang menarik, Desa Kesiman telah berkembang menjadi desa sukses dengan kegiatan BUMDes yang dikelola dengan baik.

BUMDes Mitra Warga Desa Kesiman mendapat pengakuan sebagai yang terbaik pada kategori Unik dan Inovatif pada kompetisi BUMDes Jatim pada Jambore BUMDes ke-3 di Tulungagung pada 12 November 2023.

Didirikan pada tahun 2016, BUMDes Mitra Warga mengoperasikan lima unit usaha, antara lain pengelolaan pasar desa, gedung serbaguna, pengolahan sampah, Himpunan Konsumen Air Minum (HIPPAM), dan yang terbaru, Wisata Kuliner Lore Omah.

Sri Suhartono, Direktur BUMDes Mitra Warga Desa Kesiman, menyoroti bantuan berharga yang diterima dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Surabaya (Ubaya) dan Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

“Sinergi efektif antara Ubaya, pihak desa, dan pemerintah Kabupaten Mojokerto telah mendongkrak perekonomian masyarakat secara signifikan,” ungkapnya.

Helmi Affandi, Kepala Desa Kesiman, melaporkan PAD desanya mencapai Rp 154 ​​juta pada tahun 2022, dengan kontribusi Rp 120 juta dari kegiatan BUMDes.

Di antara unit BUMDes, unit pariwisata Lore Omah memberikan kontribusi paling besar terhadap PAD.

Bantuan LPPM Ubaya terbukti sangat bermanfaat bagi BUMDes Mitra Warga, khususnya dalam pengelolaan keuangan.

Peralihan dari pembukuan manual ke penggunaan aplikasi keuangan AAE, yang merupakan standar nasional pelaporan keuangan, telah meningkatkan organisasi dan kualitas pencatatan keuangan unit BUMDes di Desa Kesiman.

“Secara administratif BUMDes Mitra Warga kini sudah tertata dengan baik dan lebih efisien,” ungkapnya.

Pos terkait