Sega Runtuk Kang Oye, Gurih Nikmat dan Merakyat

IMG 20220528 WA0001

Mercusur.co, Purbalingga – Kebijakan Pemerintah yang mulai melonggarkan pembatasan kegiatan masyarakat setelah pandemi dinyatakan melandai, menjadi sambutan hangat para pelaku UMKM di Kabupaten Purbalingga. Terutama bagi penyedia layanan kuliner yang membutuhkan ruang seleri secara manual, yaitu konsumen datang dan pesan secara langsung. Seperti warung makan, kafe, dan angkringan.

Sebut saja angkringan Kang Oye yang cukup menyediakan ruang duduk di pinggir jalan, di depan rumah Kang Oye sendiri di Desa Babakan, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga. Untuk menyemarakan kembali perhelatan kuliner paska pandemi di Purbalingga, angkringan tersebut kembali menghidupakan suasana malam dengan menyajikan tema-tema baru, salahsatunya menyajikan makan malam yang murah meriah, yaitu “Sega Runtuk”.a. Untuk menyemarakan kembali perhelatan kuliner paska pandemi di Purbalingga, angkringan tersebut kembali menghidupakan suasana malam dengan menyajikan tema-tema baru, salahsatunya menyajikan makan malam yang murah meriah, yaitu “Sega Runtuk”.

“Sega Runtuk sebenarnya menu makan yang sudah lama dinikamti masyarakat, hanya saja tidak ada yang membranding. Seperti di warung-warung nasi yang menyediakan gorengan, di situ pasti ada sisa-sisa gorengan, kripik atau peyek yang menjadi lauk tambahan bagi sejumlah konsumen,” ungkap Kang Oye kepada Mercusuar.co di angkringannya, Kamis (26/5/2022) malam.

Sega Runtuk dalam sajiannya hanya menu makan sederhana berupa nasi putih yang dibumbuhi runtuk gorengan, miwo goreng, dan kering kentang, “Namanya saja sega runtuk, jadi semua yang disajikan itu makanan-makanan yang istilahnya terbuang. Seperti runtuk peyek, kripik atau gorengan. Di sini saya kasih miwo goreng, makanan dari ampas tahu sebagai pelengkap,” terang Kang Oye.

Dijelaskan, sega runtuk yang hanya menyajikan rasa gurih dari runtuk dan miwo dirasa masih kurang menggigit, kare tidak ada rasa pedas pedasnya. Maka sega runtuk buatan Kang Oye dibubuhi juga dengan kering kentang (balado kentang). Sedang untuk menambah daya tarik, sega runtuk disajikan dengan menggunakan mangkok batok.

“Kalau cuma runtuk dan miwo, rasa yang didapat hanya gurih. Jadi biar ada rasa pedasnya sega runtuk dibubuhi kering kentang. Agar sedikit eksotik saya gunakan mangkok batok dalam menyajikan,” jelasnya.

Menurut Kang Oye, Sega Runtuk merupakn sajian makan malam yang bahan bakunya adalah makanan yang tadinya terabaikan karena tidak marketabel, seperti runtuk dan miwo bisa disebut sebagai makanan tidak ada harganya.

Runtuk didapat dari para perajin makanan berbahan baku tepung, seperti penjual gorengan, peyek atau kripik. Sedang miwo didapat dari parik tahu, karena miwo adalah ampas tahu. Tapi di tangan Kang Oye sisa-sisa yang terbuang itu dimanfaatkan menjadi brand sebuah menu makan angkringannya.

“Kalau sendiri-sendiri makanan ini tidak ada nilai jualnya, tapi karena dipadukan dalam satu bentuk yang layak saji.  Runtuknya saya dapatkan dari pembuat peyek atau gorengan di sekitar sini, miwonya saya ambil dari pabrik tahu di Kelurahan Kalikabong, sedang mangkok batoknya saya ambil dari perajin batok di Kelurahan Purbalingga Wetan,” tuturnya.

Sebagai menu angkringan Kang Oye, sega runtuk adalah salah satu menu yang dijagokan sebagai brand utama. Masih banyak menu makanan yang lain, yang menurut Kang Oye semuanya hanya titipan dari para pelaku kuliner di sekitanya.

“Angkringan ini hanya menjadi tempat menjual makanan yang dibuat beberapa pelaku UMKM. Jadi tempat ini hanya untuk branding. Bagi yang butuh dalam partai besar bisa pesan ke pembuatnya,” pungkasnya.(*)

Pos terkait