Mercusuar.co, Purbalingga – Melakukan kunjungan ke tetangga, orang tua, saudara, handaitaulan, kerabat dekat serta teman dekat untuk bersilaturahmi atau sekedar salam-salaman dan saling memaafkan, telah menjadi tradisi bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia setiap terjadi perayaan hari raya Idul Fitri.
Namun dengan terjadinya banyak hal, baik itu soal keterbatasan waktu, keterbatasan kesempatan, atau juga keterbatasan biaya, sehingga kegiatan kunjung mengujung pada hari raya idul Fitri, terutama untuk saling berkunjung ke rumah warga dalam satu lingkungan mulai mengalami kemerosotan.
Kondisi demikian makin diperparah dengan adanya alat komunikasi genggam (handphone) yang sangat mempermudah orang melakukan transaksi secara cepat, termasuk transaksi maaf memaafkan di hari lebaran. Sehingga budaya berkunjung semakin terkikis.
Dampak yang sangat kentara adalah suasana hangat dan ramai lekas berlalu, tidak banyak makanan, minuman, jajanan yang disediakan yang terkonsumsi oleh tamu, karena makian sedikitnya tamu yang bertandang.
Maka secara otomatis, tidak banyak warga yang berkesempatan bertemu dan bersalaman untuk saling maaf memaafkan. Hal demikian berpengaruh pada kehidupan manusia di dalam lingkungan, banyak kesalahan antar warga atau atas kelompok soslial yang sulit dileburkan.
Berangkat dari suasana yang menghawatirkan akan makin renggangnya hubungan sosial dan kemanusiaan pada warga, ada beberapa daerah yang kemudian memberlakukan kegiatan salaman secara bersama-sama di suatu tempat agar semua warga bisa bertemu dan erjabat tangan untuk saling memaafkan.
Sebagaimana yang selalu dilakukan oleh warga Dusun Bukung, Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, Kabupaten Purbalingga. Seluruh warga dusun tersebut melakukan kegiatan salam-salaman secara bersamaan di jalan.
Untuk pelaksanaan kegiatan salam-salaman secara masal pada perayaan hari raya Idul Fitri 1446 Hijriyah dilaksanakan pada hari ke dua bulan Syawal 1446 Hijriyah, yakni hari Selasa (2/4/2025).
Kepala Dusun Bukung, Kustomo mengatakan, kegiatan salaman secara massal di Dusunya telah berlangsung secara rutin setiap tahun saat perayaan hari raya Idul Fitri. Kegiatan dilaksanakan setiap tanggal 2 Syawal dan bertempat di jalan yang membujur di Dusunya.
“Ini adalah cara kami menjaga kebersamaan dan mempererat silaturahmi. Dengan salaman dan saling memaafkan, hati menjadi bersih, hubungan sosial semakin kuat, dan persaudaraan antarwarga terus terjaga,” ungkapnya.
“Kami ingin anak-anak muda juga ikut serta dan memahami bahwa kebersamaan dalam masyarakat adalah sesuatu yang harus dijaga,” lanjutnya.
Ia menabahkan, kegiatan salaman massal di Dukuh Bakung bukan sekadar seremoni, tetapi juga menjadi simbol kerukunan dan kebersamaan serta persatuan dan keharmonisan di tengah kehidupan bermasyarakat.
“Dengan terselenggaranya kegiatan ini, semangat kebersamaan semakin terasa di hari raya yang penuh berkah,” pungkasnya.(Angga)