Refreshment Kader “Sinergi UNS, Diskes Karanganyar dan MSI Sebagai Komitmen Bersama Entaskan TBC di Bumi Intanpari”

fbb07a5e f5ce 44f6 bce7 64497bdfcb6f

MERCUSUAR.CO, Karanganyar – Penyakit Tuberkulosis atau TBC menjadi ancaman nyata bagi masyarakat dunia dengan tingginya angka kematian akibat dari penyakit tersebut. Berbagai langkah strategis pun ditempuh untuk terus memerangi dan mengentaskan penyakit TBC.

Di Kabupaten Karanganyar, langkah strategis untuk pengentasan TBC inipun telah lama dilakukan dengan kerjasama dari berbagai pihak. Yang terbaru, Civitas Akademika juga turut mengawal dalam isu bidang kesehatan global tersebut. Salah satunya dari Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) yang konsen terhadap penyakit TBC dengan menerjunkan mahasiswa melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat.

Program ini kerjasama dengan Fisip UNS, Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar serta Mentari Sehat Indonesia (MSI) selaku komunitas yang selama ini konsen terhadap TBC. Ketiga lembaga inipun menggelar kegiatan dengan tema “Refresment Kader” sebagai Strategi Membangun Keberdayaan Komunitas untuk mendukung gerakan Active Case Finding (ACF)  Tuberkulosis Mandiri dan Berkelanjutan, di Hotel Permata Sari, Kamis (15/05/2025).

Ketua Program Studi Sosiologi FISIP UNS, Prof. Dr. Argyo Demartoto, M.Si mengungkapkan, dalam pemberantasan TBC tidak bisa dilakukan hanya satu lembaga saja melainkan harus dilakukan secara bersama-sama dan kontiyu dengan berbagai lembaga dan komunitas yang konsen terhadap penyakit TBC.

Getakan Aktive Case Finding yang diprakarsai oleh Pemerintah pusat harus ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah salah satunya dengan dibentuknya kader. “Kami dari Riset Group Pembangunan dan Perubahan Sosial Prodi Sosiologi UNS memfasilitasi hal tersebut. Karena kita lihat dalam pelaksanaan di lapangan, Kader ini sering kali menjumpai tantangan dan kendala. Misalnya ada pasien penderita TBC namun tidak bersedia berobat dan mengaku dirinya sehat, ” ungkap Prof. Dr. Argyo Demartoto, M.Si disela kegiatan.

Kondisi tersebut menjadikan Kader harus memiliki sifat Active Finding Case sebagai individu kelompok (kader) mampu mendeteksi dini sekaligus upgrade dalam penangan kasus pasien TBC tersebut. “Jadi dalam TBC ini intinya harus kolaboratif dan kontinyu dilakukan semua pihak. Karena Program Pemerintah pusat Indonesia Zero TBC pada 2050 ini dapat terwujud, ” tandasnya.

Wasor TBC Dinkes Karanganyar Anindita Azzahra sebagai salah satu pemateri dalam Refresment Kader menekankan gambaran kasus TBC di Karanganyar pada tahun 2025. “Ternyata masih ada banyak pasien TBC yang belum ditemukan. Artinya masih menjadi sumber penularan penyakit di masyarakat. Hal inilah yang menjadi peran penting Kader dalam mendeteksi penyakit TBC, sehingga tidak terjadi penularan di masyarakat, ” ulas Anindita.

Lebih lanjut Wasor TBC Dinkes Karanganyar itu mengungkap, pemerintah juga memberikan penguatan terkait edukasi terapi pencegahan TBC.Harapannya masyarakat yang beresiko terkena TBC dengan mengikuti terapi ini bisa tidak terkena TBC. “Jadi harapannya kader tau informasi edukasi terapi itu sehingga menjadi bekal saat terjun ke masyarakat, ” tekannya.

Sementara itu, Shubuha Pilar Naredia, M.Si selaku Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar menambahkan, kerjasama antara Prodi Sosiologi Fisip UNS, Dinkes dan MSI dalam memerangi penyebaran TBC ini juga dengan menerjunkan mahasiswa untuk meneliti di masyarakat.

Refresment Kader sendiri sebagai bentuk meningkatkan skill dan keilmuan dalam penanganan dan pendeteksi dini pasien TBC di masyarakat. “Semua materi terkait dasar-dasar dalam penanganan dan deteksi dini pasien TBC sudah kita berikan kepada kader. Nah Refresment ini untuk update teknik-teknik dasar penangan TBC seperti komunikasi efektif, membaca situasi atau membangun empati ini yang perlu ditingkatkan, ” imbuhnya.

Refresment Kader itu sebagai langkah perbaiki skil kader agar keterampilannya di masyarakat mampu berkembang. Salah satu langkah nyata dalam meningkatkan skil kader ini dengan memberikan pembekalan terhadap kampaye digital. “Kampaye digital ini sebagai bekal kader, yakni minimal kader mampu membuat narasi atau desain untuk bahan sosialisasi digital. Misalnya, bagaimana membuat flayer digital yang dapat langsung disampaikan dengan pasien, keluarga pasien ataupun masyarakat terkait dengan TBC melalui jejaring Whatsapp maupun media sosial lainnya, ” tandasnya. (hrs)

Pos terkait