MERCUSUAR.CO, Boyolali – Menyusul terjadinya hujan abu vulkanik akibat erupsi Merapi pada Sabtu kemarin,petani di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali memanen dini tanaman cabai mereka. Panen dini dilakukan untuk menghindari agar cabai tidak membusuk.
Meski ada peningkatan aktivitas Gunung Merapi namun para petani beraktivitas seperti biasa. Terlihat beberapa petani ada yang menyiram tanaman cabai dengan air untuk menghilangkan dari abu yang menempel. Sementara petani lainnya memilih langsung memanen cabai yang sudah memerah dan kemudian di cuci dengan air hingga bersih.
Salah seorang petani warga Dusun Karang Desa Tlogolele mengaku memilih memanen dini cabai miliknya. Tindakan ini dilakukan setelah tanaman cabai jenis keriting seluas satu petak atau sekitar 3000 meter persegi miliknya diselimuti abu vulkanik erupsi Gunung Merapi.
“Saya panen dulu karena kalau tidak segera dipanen bisa membusuk. Hasil panen menurun ini, kalau kondisi normal tidak ada hujan abu bisa hasil 78 kilogram per petak. Hari ini mungkin tak sampai karena ada yang rusak kena abu. Untuk harga masih normal Rp 25.000 per kilogram,” ujarnya.
Sementara itu, petani lainnya, Mustofa mengaku lebih memilih menyiram tanaman cabai miliknya untuk membersihkan dari abu vulkanik. Ia belum ingin memanen karena masih banyak cabai yang belum cukup umur untuk dipanen.
“Tanaman cabai rawit saya ada dua petak. Ini saya siram air untuk menghilangkan abu yang menempel. Tapi belum saya panen. Belum saatnya. Cuma kondisi hujan abu ini pasti hasil panen turun jadi 50 kilogram, kalau kondisi normal bisa sampai 2 kuintal. Untuk harga cabai rawit dari sini Rp 55.000 per kilogram,” ujarnya.
Sementara itu, aktivitas Gunung Merapi mengalami peningkatan sejak Sabtu hingga Minggu (11-12/3/2023). Data dari BPPTKG, pada Minggu (12/3/2023) pukul 07.56 WIB terjadi awan panas guguran dengan jarak luncur 2.500 meter mengarah ke Barat Daya atau Kali Bebeng. Sedangkan tingkat aktivitas Gunung Merapi masih Siaga (level 3).