Menuju Varietas Unggul, Pemerintah cari Tembakau Asli Wonosobo

IMG 20250728 WA0028

WONOSOBO, Mercusuar.co – Upaya untuk mengangkat potensi tembakau asli Wonosobo ke tingkat nasional kian serius dilakukan. Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo menggandeng Pusat Riset Tanaman Perkebunan BRIN untuk melakukan uji multilokasi terhadap varietas lokal tembakau khas Wonosobo. Langkah ini menjadi pintu pembuka bagi pelepasan varietas unggul yang legal, resmi, dan siap bersaing di pasar nasional.

Kepala Bidang Hortikultura Dispaperkan, Sumanto, mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program pelepasan varietas tembakau Wonosobo melalui tahapan uji multilokasi. Program ini dibiayai dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) dan akan dilaksanakan hingga 2027.

“Selama ini banyak varietas tembakau lokal Wonosobo yang berkembang, tetapi belum satupun yang dilepas secara resmi oleh Kementerian Pertanian. Padahal, tembakau merupakan komoditas penting yang berkontribusi besar terhadap perekonomian petani,” jelas Sumanto saat dikonfirmasi, akhir pekan lalu.

Menurutnya, Kabupaten Wonosobo memiliki luas pertanaman tembakau +- 3500 ha/th dengan produksi mencapai +- 2.887 ton terdiri dari tembakau rajangan dan garangan. Komoditas ini menyumbang sekitar 37,78 persen terhadap pendapatan petani. Sayangnya, produktivitas dan mutu hasil tembakau rakyat cenderung rendah karena benih yang digunakan belum terstandarisasi dan terus-menerus diperbanyak secara lokal tanpa pemurnian.

IMG 20250728 WA0030 scaled

“Banyak petani menanam benih dari berbagai sumber, sehingga varietas lokal semakin tercampur dan sulit diidentifikasi. Ini berdampak langsung pada penurunan kualitas,” ujarnya.

 

13 Varietas Diuji, 4 Dilepas

Melalui kerja sama dengan BRIN, pemerintah daerah menargetkan diperolehnya 2 hingga 4 varietas unggul spesifik lokasi yang sesuai untuk tembakau rajangan maupun garangan khas Wonosobo. Total ada 13 varietas yang diuji, terdiri dari 11 varietas lokal yang dikembangkan petani dan 2 varietas pembanding.

Beberapa varietas lokal yang diuji antara lain Cemparang dari Desa Reco (Kertek), Gober Sobo dari Butuh (Kalikajar), Kripik dari Bowongso, Jowo Kenongo dari Kejajar, hingga Kopeng Endong dan Pelus dari Watumalang. Varietas pembanding meliputi Kemloko 5 yang sudah dilepas Kementerian Pertanian dan satu benih dari petani.

 

Proses penelitian terbagi dalam 4 tahap, dimulai pada th 2023 yang difokuskan untuk exsplor jenis-jenis tembakau lokal yang berkembang di lapangan. Tahun 2024 difokuskan pada uji daya hasil, mutu, dan morfologi varietas. Dilanjutkan uji multilokasi di tiga lokasi berbeda pada 2025-2026. Selanjutnya evaluasi ketahanan terhadap penyakit utama seperti Phythopthora nicotianae dan Ralstonia solanacearum pada 2026, dan pendaftaran serta pelepasan varietas pada 2027.

 

Perkuat Posisi Tembakau Rakyat

Sumanto menekankan, penggunaan benih unggul bermutu menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tembakau rakyat. Jika varietas lokal Wonosobo berhasil dilepas, maka petani akan memiliki akses legal terhadap benih bina yang lebih seragam, adaptif, dan tahan penyakit.

“Ini tidak hanya memperkuat daya saing produk tembakau lokal, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada benih dari luar daerah,” ujarnya.

Selain itu, varietas yang dilepas secara resmi akan memiliki deskripsi morfologi yang jelas, standar mutu yang bisa dipertanggungjawabkan, dan dapat diedarkan secara legal sesuai ketentuan Kementerian Pertanian.

Langkah ini juga sejalan dengan kebijakan nasional dalam pengelolaan cukai hasil tembakau. Berdasarkan data tahun 2020-2021, impor tembakau dan rokok mencapai lebih dari USD 500 juta, sementara ekspor hanya sekitar USD 70 juta. Ketimpangan tersebut menjadi tantangan yang bisa diatasi jika kualitas tembakau dalam negeri, termasuk dari Wonosobo, meningkat secara signifikan.

“Semoga hasil dari penelitian ini bisa memperkuat posisi tembakau rakyat sebagai penopang ekonomi petani, sekaligus mendukung upaya pengurangan impor,” pungkas Sumanto.

Selama proses penelitian, BRIN bertanggung jawab terhadap aspek teknis, mulai dari penyusunan desain, pelaksanaan lapangan, hingga penyusunan laporan. Dispaperkan Wonosobo menyediakan pendanaan, fasilitasi lapangan, dan akan memanfaatkan hasil penelitian untuk pengembangan ke depan.

Hasil akhir yang diharapkan pada 2027 mencakup: terdaftarnya 4–6 varietas lokal tembakau Wonosobo, serta dilepasnya 2–4 varietas unggul yang legal, berkualitas tinggi, dan tahan penyakit.

Dengan demikian, Wonosobo tak hanya dikenal sebagai daerah penghasil tembakau, tetapi juga sebagai daerah produsen varietas tembakau unggul yang diakui secara nasional.

 

Pos terkait