MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Hasan, seorang pendiri Omah Dongeng Marwah, berbagi kisah mengenai motivasi berdirinya lembaga tersebut dan perjuangannya hingga saat ini. Menurutnya, Omah Dongeng Marwah berawal dari keprihatinannya terhadap kurangnya tradisi mendongeng yang semakin langka di kalangan anak-anak masa kini.
“Ketika saya melihat betapa jarangnya anak-anak mendengarkan dongeng di era sekarang, saya merasa prihatin. Dahulu, tradisi mendongeng begitu dekat dengan anak-anak, tapi sekarang sulit ditemui, terutama di lingkungan pendidikan,” ujar Hasan.
Hasan menambahkan bahwa keberadaan dunia digital dan tantangan-tantangan modern telah menggeser peran tradisi mendongeng dalam mendidik anak-anak. Namun, dari keprihatinan tersebutlah, ia bersama timnya memutuskan untuk membangkitkan kembali tradisi mendongeng dengan pendekatan yang lebih modern.
Omah Dongeng Marwah tidak hanya sekadar menyampaikan cerita dengan pesan moral, tetapi juga menjadi lembaga pendidikan alternatif yang memberikan izin resmi, disebut PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) Omah Dongeng Marwah. Melalui dongeng, anak-anak diajak untuk belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif.
“Dongeng bukan hanya sebagai sarana mengenal cerita dan pesan moral, tetapi juga dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif. Misalnya, anak yang sulit memahami pelajaran matematika dapat dibantu dengan dongeng yang mengandung konsep-konsep matematika tersembunyi di dalamnya,” ungkap Hasan.
Hasan juga menyoroti bahwa saat ini anak-anak cenderung lebih tertarik pada gadget dan teknologi. Namun, menurutnya, hal tersebut tidak menjadi halangan dalam mengembangkan kreativitas anak-anak asalkan mendampingi mereka dengan baik.
“Dalam menghadapi tantangan tersebut, kami tetap optimis bahwa melalui dongeng, anak-anak dapat belajar dan berkembang dengan baik,” tutup Hasan, mengakhiri pembicaraannya tentang perjuangan mereka dalam mempertahankan tradisi mendongeng dan pendidikan alternatif untuk anak-anak.