MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Tangisan para nasabah Meikarta, yang terdampak kasus rumit yang melibatkan PT Mahkota Sentosa Utama (MSU), pemilik mega proyek tersebut. Para korban yang berusaha memperjuangkan haknya justru digugat balik oleh MSU.
Proyek ambisius ini telah terus-menerus dihantui masalah sejak awal promosinya pada pertengahan 2016. Dari kasus suap hingga gugatan pailit dari vendor, serta tuntutan konsumen yang kesal karena pembangunan apartemen belum juga terwujud. Bahkan, proyek ini telah disidak langsung oleh DPR.
Meikarta mencuat ke publik bersamaan dengan munculnya berita mengenai proyek ini di media massa. Perhatian juga tertuju pada besarnya belanja iklan yang dilakukan Meikarta, mencapai lebih dari Rp 1,5 triliun pada tahun 2017 menurut lembaga riset Nielsen.
Berbagai kontroversi juga terjadi, termasuk permintaan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk menghentikan proyek sementara karena masalah izin. Lalu, MSU digugat pailit oleh vendor-vendornya, mengundang perhatian publik dan lembaga hukum.
Pada Oktober 2018, kasus suap terkait perizinan Meikarta juga menarik perhatian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) di Kabupaten Bekasi.
Selain itu, kekecewaan dari konsumen yang belum menerima unit apartemen juga menjadi sorotan. Bahkan, sejumlah konsumen yang tergabung dalam komunitas mengadukan permasalahan ini ke DPR, yang berujung pada proses penyelesaian melalui titip jual oleh pihak Meikarta.
Lebih lanjut, MSU juga menggugat sejumlah konsumen ke pengadilan, menyulut pertarungan hukum yang kompleks. Namun, ada kabar baik bahwa sejumlah konsumen telah mendapatkan uang mereka kembali.
Polemik seputar Meikarta menjadi sorotan karena bertentangan dengan jejak langkah Lippo Group yang selama ini dikenal peduli dan memanjakan konsumennya. Riwayat perjalanan Lippo Cikarang, yang merupakan bagian dari Lippo Group, menunjukkan keseriusan dalam memanjakan konsumen, dari pengembangan kawasan industri hingga fasilitas pendukung yang lengkap.
Namun, kasus Meikarta menunjukkan kontrast dengan nilai-nilai tersebut, memunculkan ironi atas reputasi Lippo Group sebagai “Sumber Kekuatan Modal dan Moral”.