Masih Banyak Masyarakat Terstigma “Gila” Jika datang ke Psikiatri atau Psikolog, Ini Kata Dokter Jiwa dan Psikolog RSUD Anna Lasmanah

WhatsApp Image 2025 10 13 at 22.17.04 f6421f07

BANJARNEGARA, Mercusuar.co – Masyarakat saat ini masih banyak terpengaruh dengan stigma yang berkembang dimana orang mengalami gangguan jiwa atau orang berkonsultasi ke dokter jiwa berarti gila.

Stigma tersebut justru akan menghambat masyarakat atau pasien untuk melakukan terapi dan pada ujungnya menghambat pemulihan bagi masyarakat dengan gangguan jiwa.

Pernyataan tersebut di sampaikan Dokter spesialis jiwa di RSUD Hj Anna Lasmanah, dr Arin Indrayati MMed Sc Kp.Kj pada acara Talk Show Kesehatan Inspiratif dan Forum Konsultasi Publik yang dilakukan RSUD Hj Anna Lasmanah Banjarnegara, pada Senin (13/10/2025) di Gedung PGRI.

Ia menjelaskan ‎bahwa, kendala terberat adalah masih ada stigma yang berkembang di masyarakat kalau orang dengan gangguan jiwa itu berarti gila. Atau jika pergi ke psikolog atau psikiater berarti orang yang tidak kuat iman, atau lemah iman dan Itu masih berkembang di masyarakat Banjarnegara.
‎Oleh karena itulah dirinya sebagai dokter jiwa berusaha untuk mengurangi stigma itu sehingga masyarakat bisa lebih mengenal bahwa ini bukan gangguan jiwa dan membutuhkan pertolongan di psikologi atau layanan jiwa yang ada di RSUD Hj Anna Lasmanah.

‎Jadi masyarakat Banjarnegara hendaknya jangan merasa malu saat berkonsultasi ke dokter jiwa atau psikolog.

‎”Tadi sudah kita sampaikan juga beberapa tanda dan gejala dan kapan mengakses layanan kami. Terutama ketika sudah sangat mengganggu aktifitas sehari-hari. Itu yang kami tekan tadi,” katanya.

‎Ia berharap layanan jiwa di RSUD Hj Anna Lasmanah bisa diterima oleh masyarakat dan banyak masyarakat mengakses untuk kegiatan jiwa yang lebih baik di Kabupaten Banjarnegara.

‎Sementara Psikolog Gones Saptowati mengatakan, bahwa Ia sudah mulai membuka layanan skrining kesehatan mental pada acara talkshow yang bisa diakses oleh peserta.

Layanan tersebut menjadi tahap awal untuk masyarakat itu tahu kapan saatnya mengekses layanan Psikologi.

Kalau ternyata merasa di screening tadi banyak jawaban “Ya” nya berarti bisa jadi kondisinya lagi tidak baik-baik saja .

“Di forum tadi pada materi saya memang tidak hanya tentang bagaimana stigma dan sebagainya tapi peran masyarakat , dalam hal ini temen temen di puskesmas dan temen di OPD dan masyarakat pada umumnya harus tahu bahwa psikolog yang pertama itu sebenarnya orang tua, jadi bagaimana mereka harus benar-benar hadir dan empati menerima tanpa syarat dan tidak judgment,” Ujarnya.

Gones juga mencontohkan terapi sederhana bagi orang mulai terkena gangguan jiwa yaitu dengan melakukan terapi sentuhan, minimal 4 kali untuk survive, 8 kali untuk sehat dan 12 untuk pertumbuhan .

“Dalam hal ini sentuhan yang dimaksud itu tidak hanya sentuhan fisik namun juga sentuhan sepenuhnya yaitu hatinya, dirinya dan seutuhnya, karena hadir itu bagian dari salah satu bagaimana kita bisa menjaga kesehatan mental kita,” jelasnya.

dr. Gones juga berharap dirinya tidak hanya menerima pasien dalam kondisi sudah agak parah, tapi justru di preventifkan dengan melakukan hal hal kecil seperti yang dilakukan yang dilakukannya tadi yaitu dengan sentuhan dan pendekatan dari hati.

“Jadi memang harus memeriksakan psikologinya juga ke rumah sakit, paling tidak screening aja dia sendiri, karena sangat mudah , puskesmas bisa melakukan, RSUD juga bisa .
Kalau di rumah sehari-hari juga bisa, seperti tadi, cukup mengambil barkot yang kami siapkan, nanti di foto bisa di bawa dan kapanpun dan tidak harus menunggu, secara periodik juga boleh untuk tindakan prefentif dan mencegah atau mengobati diri lewat software yang kami siapkan, nah kalau sudah melakukan itu ternyata tidak menunjukan dampak yang signifikan mulailah datang ke kami, “katanya.(ahr)

Pos terkait