MERCUSUAR.CO, Boyolali – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boyolali bekerjasama dengan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) menggelar Festival Thek Thek. Festival digelar selama dua hari mulai Sabtu (19/11/2022) di Gelanggang Anuraga dan diikuti 22 kecamatan di wilayah Kabupaten Boyolali.
Kepala Diskominfo Boyolali, Bony Facio Bandung mengatakan festival thek – thek ini mengambil tema Mentradisikan Tradisi. Ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan komunikasi tradisional yang ada di Boyolali. Salah satu alat tradisional tersebut adalah Kentongan.
“ Tema festival ini adalah Mentradisikan Tradisi ini merupakan upaya untuk melestarikan budaya dan komunikasi tradisional yang ada di Boyolali yaitu Kentongan,” katanya.
Bony melanjutkan kentongan selama ini dikenal sebagai salah satu alat komunikasi lokal, yang digunakan secara turun temurun untuk menyebarkan informasi sebelum era digitalisasi masuk ke Boyolali. Kentongan punya sejumlah fungsi seperti untuk mengundang kerumunan atau kumpulan, mengabarkan berita kematian, rapat, kondangan, dan lainnya.
“ Sebelum adanya tekhnologi digital, kentongan merupakan alat komunikasi yang efektif untuk mengundang kerumunan atau mengabarkan berita,” lanjut Bony.
Oleh karena itu ditengah arus digitalisasi yang mengancam eksistensi tradisi dan alat komunikasi lokal, sudah menjadi tugas pemerintah untuk hadir dalam upaya melestarikan budaya tradisional. Untuk itu pihaknya merangkul FK Metra untuk melestarikan budaya salah satunya dengan menggelar Festival Thek – thek.
“Tugas kami sebagai pemerintah merangkul FK Metra untuk melestarikan budaya-budaya tradisional, yang didalam era informasi itu akan tergilas oleh budaya modern,” tambah Bony.
Sementara, Ketua FK Metra Boyolali, Ribut Budi Santoso, mengatakan festival ini menjadi salah satu upaya untuk mentradisikan tradisi yang hampir punah. FK Metra mempunyai agenda rutin untuk mengangkat kembali media tradisional agar tetap lestari
“Di tahun 2021 kemarin kami mengangkat cerita-cerita legenda melalui Zoom, sekarang kami mencoba mengkhususkan diri dengan kentongan. Jadi kami mencoba mengakrabkan kembali masyarakat dengan kentongan,” kata dia saat Festival.
Ribut menambahkan pelaksanaan kali ini berbeda dengan kemarin. Sekarang diikuti oleh 22 peserta dari semua kecamatan. Durasi waktu penampilan masing-masing peserta dibatasi antara 15 menit sampai 20 menit. Sementara jumlah peserta maksimal yang tampil sebanyak 15 orang. Hari pertama diikuti oleh 12 peserta, dan hari berikutnya diikuti oleh 10 peserta.
“Konsep kami mentradisikan tradisi, legenda-legenda yang ada di kecamatan monggo bisa ditampilkan disini, tapi kami membuat frame terkait dengan Boyolali metal,” terangnya.