MERCUSUAR.CO, Jakarta – Krisis kesantunan dan pemanfaatan media digital pada pelajar dan mahasiswa menjadi sorotan menyusul heboh hasil survei Digital Civility Index Microsoft 2020 yang secara ringkas menyatakan tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak), merespons kegelisahan itu dengan menggelar Webinar “Krisis Kesantunan dan Pemanfaatan Media Digital pada Pelajar dan Mahasiswa” pada Rabu (31/3). Acara ini untuk meningkatkan kesantunan pelajar dan mahasiswa dalam pemanfaatan media digital.
Pelaksana tugas Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukaan (Balitbangbuk), Totok Suprayitno mengakui salah satu disrupsi digital yang kurang mendapat penanganan serius selama ini adalah kesantunan dan karakter. “Isu kesantunan dan karakter ini saya kira juga bagian dari disrupsi digital. Bahkan bisa menjadi sangat permanen dan fundamental sehingga sangat penting menjadi bagian dari program pendidikan kita,” katanya.
Totok Suprayitno menjelaskan elemen inti (the core of element) dari pendidikan adalah karakter merujuk pada kutipan ‘’education without character is not education at all’’. “Kemudian, kalau elemen inti dari pendidikan itu disruptif, kemudian kita menganggap bahwa seolah-olah itu tidak ada, itu saya kira sebuah kesalahan besar,” tegasnya.
Totok mengingatkan perubahan sistem nilai dalam hal kesopanan, baik atau tidak baik semestinya ada pijakan yang lebih jelas, mengingat Indonesia sarat keragaman budaya. “Boleh Anda mengglobal, bergaul dengan siapa pun, tetapi pijakan niai-nilai ke-Indonesiaan-nya jangan dilupakan. Jangan terbawa arus apalagi yang negatif,” tutur Totok.
Sementara itu, Plt Kepala Pusat Penelitian Kebijakan, Balitbangbuk, Kemendikbud, Irsyad Zamjani mengakui salah satu poin yang mendorong diskusi ini adalah hasil survei Microsoft di Asia Pasifik yang secara ringkas mengatakan tingkat kesantunan digital (digital civility) dari masyarakat Indonesia paling rendah se-Asia Tenggara.
“Hasil survei dari Microsoft salah satunya menunjukkan tingkat kesantunan kita dalam konteks digital itu kurang menggembirakan. Tentu saja ini sangat debatable karena di media massa dan media sosial itu cukup mengundang pro dan kontra terhadap hasil dari survei Microsoft ini, tetapi kita dapat mengambil sebagai bahan masukan, terutama untuk memperkuat pendidikan karakter dalam konteks kebijakan di Kemendikbud,” ujarnya.
Irsyad Zamjani menambahkan media sosial telah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari, terutama bagi pelajar dan mahasiswa. Untuk itu, kesantunan dalam memanfaatkan media digital, khususnya media sosial perlu ditekankan dalam pendidikan karakter, terutama di zaman digital saat ini.