Inthuk-inthuk Sebuah Tradisi Yang Mulai Langka di Wonogiri

tradisi wonogiri

MERCUSUAR.CO, Wonogiri – Masyarakat Jawa mengenal beragam tradisi yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Mulai saat masih berupa janin,lahir,kecil hingga dewasa bahkan ketika sudah meninggal pun ada saja tradisi yang digelar. Diantara tradisi-tradisi tersebut ada satu tradisi yang sudah jarang dilakukan yaitu tradisi Inthuk – inthuk atau wetonan.

Tradisi inthuk-inthuk adalah sebuah tradisi untuk memperingati hari kelahiran berdasarkan hari pasaran seperti kliwon,pon,wage,legi dan pahing. Misalnya ada anak yang lahir pada hari sabtu wage maka setiap sabtu wage orang tua dari anak itu akan memperingatinya.

Berbeda dengan ulang tahun yang dirayakan setahun sekali,inthuk-inthuk dirayakan ketika hari lahir dan hari pasaran tiba. Dengan demikian setiap 35 hari sekali akan digelar perayaan. Inthuk-inthuk sendiri sudah mulai jarang ditemukan di Wonogiri. Inthuk-inthuk biasanya digelar secara sederhana. Biasanya orang tua akan menghidangkan tumpeng beserta lauk tempe dan telur rebus juga ada urap atau gudangan,ikan asin dan kerupuk.

Sebelum dimakan,orang tua akan memanjatkan doa untuk kesehatan,keselamatan,rejeki dan kebaikan bagi anak. Setelah didoakan biasanya tumpeng akan dimakan bersama dengan teman-teman si anak. Disebut inthuk-inthuk karena merupakan perwujudan doa dan sedekah. Berdoa untuk kebaikan si anak dan sedekah bagi anak-anak yang datang.
“Kalau sekarang inthuk-inthuk sudah sangat jarang ditemui di Wonogiri. Tapi saya selalu mengadakan inthuk-inthuk meskipun secara sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga saja,” ungkap Sutarman. Minggu (18/7).

Banyak nilai positif dari inthuk-inthuk ini,apalagi dimasa pandemi. Karena selain sebagai sarana doa dan sedekah,inthuk-inthuk bisa menjadi wujud kepedulian misalnya bagi warga yang sedang melakukan isolasi mandiri,tumpeng inthuk-inthuk bisa diberikan kepada keluarga yang menjalani isoman.

Pos terkait