PURBALINGGA Mercusuar.co – Expedisi Sisik Naga merilis hasil temuan selama melakukan penelitian satwa dan tumbuhan yang berada di perbukitan sebelah Utara kabupaten Purbalingga pada acara Publik Expo, Minggu (1/12/2024) malam di bioskop Misbar, Taman Usman Janatin, Purbalingga. Banyak ditemukan satwa dan tumbuhan langka yang habitat aslinya hampir punah, salah satu temuan istimewanya adalah bunga Raflesia.
“Salah satunya yang istimewa dari penelitian lapang kami bunga dari Keluarga Rafllesia. Setelah diidentifikasi ternyata spesies tersebut adalah Rhizantes zippell. Tanaman berbunga cantik yang tumbuh tanpa batang, akar, daun serta tidak berfotosintesis. Bunga tersebut bisa tumbuh sebagai parasit di akar tanaman Tertrastigma,” ungkap Ketua Ekspedisi Sisik Naga, Gunanto Eko Saputro dalam paparannya.
“Menurut kami penemuan ini cukup menarik, sebab, selama ini Family Rafflesiaceae dikenal lebih banyak tumbuh di Sumatera, jarang ada yang teridentifikasi di Pulau Jawa, namun, ternyata ada di Hutan Purbalingga,” lanjutnya.
Oleh karena itu, la berharap ada penelitian lebih lanjut tentang temuan tersebut. “Kami sudah melaporkan dan berkordinasi ke peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) dan semoga dalam waktu dekat ini bisa ada tindak lanjut dengan penelitan yang lebih komprehensif,” ujarnya.
Sebagai informasi, Rhizantes zippeli termasuk tumbuhan langka dan dilindungi yang masuk dalam Apendiks I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora), artinya, dilarang diperdagangkan dalam segala bentuk perdagangan internasional.
Peneliti Ekspedisi Sisik Naga, Ika Bhineka Lestari yang mewakili Bio Explorer, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman mengatakan, selain Rhizantes setidaknya ada 74 spesies flora yang ditemukan sepanjang penelitian. Mulai dari tumbuhan bawah, semak, perdu, liana, sampai pohon yang teridentifikasi dalam ekspedisi. Pendataan dilakukan dengan analisis vegetasi untuk mendata struktur dan komposisi tumbuhan..
“Kami melakukannya dengan metode line transek, tumbuhan di data komposisi semal, tiang, pancang dan pohon. Kemudian kita analisis dengan menghitung indeks keragaman, kemerataan, kekayaan jenisnya serta Indeks nilai pentingnya,” ujar Ika.
Kemudian, untuk faunanya, dari rangkaian penelitian lapang setidaknya telah teridentifikasi 64 jenis burung, 13 jenis mamalia, 15 jenis odonata (capung), 9 jenis anura (katak), 5 jenis squamata.
Sementara itu, Hijrah Utama yang juga sebagai peneliti Ekspedisi Sisik Naga dan juga sebagai penyuluh kehutanan setempat dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Jawa Tengah menyampaikan, dari temuan tersebut ada beberapa spesies yang masuk kriteria terancam punah.
Ia menyebutkan, dari keluarga burung misalnya, ada Elang Jawa (Nizaetus bartelsii), Julang Emas (Rhyticeros undulatus), Pelatuk Kelabu Besar (Mulleripicus pulverulentus) atau Sikatan Cacing (Cyornis Banyumas).
“Dari 64 spesies, ada 7 jenis burung yang masuk kategori Status IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources), yaitu, Vulnerable (rentan), Endangered Species (genting), atau bahkan Critically Endangered (kritis);” terangnya.
Kemudian, dari sektor mamalia juga ada yang terancam punah, diantaranya Owa Jawa (Hylobates moloch), Lutung (Trachypithecus auratus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Rekrekan (Presbytis fredericae), Macan Tutul (Panthera Pardus melas), serta Trenggiling (Manis javanica). Selain itu, temuan capung (odonata), katak (anura), reptilia juga cukup melimpah.
“Ini membuktikan kekayaan dan keragaman flora dan fauna di Kawasan Perbukitan Sisik Naga yang kondisi alamnya masih relatif cukup terjaga,” imbuh Hijrah.
Dijelaskan, Penelitian Lapang Ekspedisi Sisik Naga dilakukan pada 25-28 Oktober 2024, yang disusul dengan peneltian lanjutan pada 16 dan 30 November 2024. Kegiatan itu dilaksanakan oleh lintas komunitas pecinta alam Purbalinga yang didukung oleh peneliti dari Bio-Explorer, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman. (UNSOED).
Yayasan Astra Honda Motor (Yayasan AHM) turut hadir sebagai sponsor utama karena ingin menjadi bagian. penting dalam mendukung terlaksananya agenda-agenda konservasi. Hal ini juga sejalan dengan program- program yang bertujuan menjaga biodiversity dan mendukung aksi terkait climate change, sesuai dengan target SDGs.
Kenapa dinamakan Sisik Naga?
Kawasan yang disebut sebagai Perbukitan Sisik Naga adalah hutan membentang di utara Purbalingga dari Kecamatan Rembang, Karangmoncol, Karanganyar, Karangjambu sampai Karangreja yang berbatasan dengan Banjarnegara, Pekalongan dan Pemalang. Pada perpetaan wilayah itu disebut dengan Zona Serayu Utara yang saat ini di bawah pengelolaan Perum Perhutani, KPH Banyumas Timur.
Topografinya berbukit-bukit dan jika dilihat melalui google earth tampak seperti sisik-sisik naga. Oleh karena itu, pada kawasan tersebut disematkan nama ‘Perbukitan Sisik Naga yang merupakan benteng terakhir hutan dengan keanekaragaman hayati yang tinggi di Purbalingga, dan kami ingin melibatkan masyarakat dalam upaya menjaga dan melestarikannya.
Kelestarian alam wilayah tersebut terancam dengan adanya perburuan dan penebangan liar, fragmentasi habitat dan perambahan hutan yang sudah masuk kawasan hutan lindung. Oleh karena itu, pendataan kekayaan flora dan fauna yang dilakukan oleh Ekpedisi Sisik Naga sangat penting guna menjadi bahan mengkampanyekan kelestariannya.(Angga)