Dukung Tumbuhnya Ekosistem Belajar Kolektif Kota, MSI Gelar Sharing Ngopi Pagi

IMG 20250430 WA0012

MERCUSUAR.CO, Karanganyar – Pendampingan terhadap perubahan sosio cultural sangat diperlukan untuk wilayah-wilayah yang terkena proyek strategis nasional. Salah satunya bagi warga di Desa Karangsari, Kecamatan Jatiyoso, yang menjadi lokasi pembangunan Waduk Jlantah.

Hal inilah yang menginisiasi MSI Karanganyar, Lab Sosiologi, HIMASOS FISIP UNS, dan Kedai Kopi Sha’ring menggelar diskusi ringan bagi kalangan muda. Bertempat di Kedai Kopi Sha’ring, diskusi dengan mengambil tema desa “Tentang Ruang dan Bentang Sosio-Kultural” diharapkan memicu tumbuhnya ekosistem belajar bagi generasi muda.

“Kegiatan positif seperti ini dapat memicu tumbuhnya ekosistem belajar kolektif kota dengan cara yang digemari anak muda saat ini, ” ujar Shubuha Pilar Naredia, S.Sos., M.Si. praktisi dari Yayasan Mentari Sehat Indonesia (MSI) Kabupaten Karanganyar, Rabu (30/04/2025).

Menurut Shubuha, Forum diskusi tersebut merupakan forum pertama yang diselenggarakan salah satu ruang publik yang ada di Kabupaten Karanganyar dengan peserta mayoritas adalah anak muda dari berbagai kalangan.

Masuknya modernitas ke desa kata Shubuha, berpengaruh besar pada kehidupan ekonomi, sosial, dan politik masyarakat desa. Sebagai contoh dalam bidang ekonomi, modernitas mempengaruhi cara berpikir warga desa untuk memilih pekerjaan selain menjadi petani. Misalnya berdagang atau membuka usaha. “Banyak juga penduduk desa yang memilih untuk merantau dan bekerja di kota sebagai karyawan di sebuah perusahaan, ” imbuhnya.

Perubahan sosio kultural pada masyarakat desa sebagai dampak masuknya modernitas sangat terlihat di era modern ini. Hal ini seperti yang terlihat dalam Mega Proyek Bendungan Jlantah yang ada di Desa Karangsari, Kecamatan Jatiyoso, Kabupaten Karanganyar.

Mega proyek tersebut telah menghalihfungsikan lahan hijau pertanian di 4 Desa untuk dijadikan Proyek Bendungan Jlantah. Penduduk yang lahan pertaniannya digunakan untuk proyek Bendungan Jlantah telah diberi kompensasi dari pemerintah dengan nominal yang dirasa sudah sangat sesuai dan layak.

“Mayoritas masyarakat menggunakan uang tersebut untuk merenovasi tempat tinggal mereka yang selama ini dinilai masih sangat sederhana. Beberapa diantaranya menggunakan uang tersebut untuk membuka usaha dan sebagai modal merantau ke luar kota, ” urai dia.

Sementara itu, Fajrian Hanif Kuncoro selaku owner Kedai Kopi Sha’ring menyampaikan bahwa kedai kopi miliknya merupakan ruang publik yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat dari berbagai kalangan khususnya kaum muda sebagai tempat untuk sharing bersama dengan suasana yang santai sambil menikmati kopi.

“Forum ini merupakan forum pertama kali yang ada di Kabupaten Karanganyar. Kedai Kopi Sha’ring dipilih karena lokasinya yang cukup strategis (berada di tengah kota). Namun yang paling utama yaitu karena Kedai Kopi Sha’ring merupakan salah satu tempat hits anak muda Karanganyar untuk bersantai menikmati kopi sambil mengerjakan tugas, bernyanyi dan bermain musik, serta sharing berbagi pengalaman bersama teman-teman. Kami akan selalu mendukung aktifitas positif tersebut untuk kegiatan-kegiatan selanjutnya, ” katanya. (hrs/rls)

Pos terkait