MERCUSUAR.CO, Purworejo – Meninggalnya Sunarti Sri Hadiyah Sarwo Edhie Wibowo binti Danu Sunarto atau yang kerap disapa Ibu Ageng menyisakan duka mendalam bagi keluarga besar. Istri dari Letnan Jenderal (Purn.) TNI Sarwo Edhie Wibowo meninggal dunia pada Senin (20/9) pukul 17.46 WIB. Mertua dari Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tersebut berpulang pada usia 91 tahun di Jakarta. Nenek dari Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu dikenal sebagai wanita tangguh yang mendampingi suami selama dalam perjuangan menjadi prajurit TNI. Beliau sejak muda membantu sang suami dalam perjuangan melawan penjajah serta menyembunyikan dari kejaran dan pencarian kolonial. Selain itu, Ibu dari Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) dikenal keluarga sebagai sosok penyayang dan perhatian. Ingatannya juga sangat tajam serta gemar untuk membaca koran atau melihat televisi agar tetap update terhadap pemberitaan.
Jenazah Almarhumah Ibu Ageng dikebumikan pada Selasa (21/9) tepat disamping makam suami di Taman Makam Keluarga di Kelurahan Pangenjurutengah, Kecamatan Purworejo. Dalam prosesi pemakaman tersebut terlihat banyak para pelayat yang hadir dari berbagai kalangan dari pejabat hingga masyarakat umum sebagai bentuk penghormatan pada saat-saat terakhir Ibu Ageng. Ucapan belasungkawa dan Karangan bunga juga banyak berjejer di area pemakaman.
SBY pada saat prosesi pemakaman mengucapkan terimakasih terhadap rasa perhatian para pelayat yang meluangkan waktu untuk hadir menyaksikan saat-saat terakhir Ibu Ageng maupun masyarakat yang mengirimkan ucapan duka cita. SBY juga memohon doa untuk Ibu Ageng agar diberikan tempat yang terbaik di sisi tuhan yang maha esa.
“Semoga disana Ibu Ageng bisa bedampingan dengan orang tua, dengan suami dan semua orang-orang tercintanya,” harapnya.
Ditempat ini, kisahnya, 32 tahun yang lalu pada 10 November 1989 tepat di hari pahlawan, Sarwo Edhie Wibowo dimakamkan di tempat pemakaman keluarga ini. Jenderal Sarwo Edhie merupakan sosok yang memiliki darah pejuang dan patriot, sama halnya dengan istrinya Ibu Ageng juga memiliki darah pejuang. Ibu Ageng merupakan sosok wanita yang tangguh. Pada usia muda Ibu Ageng mendampingi suami dalam perang gerilya dalam memperjuangkan kemerdekaan.
“Tentu tidak menjadi kombatan, tetapi untuk melindungi suami dari pengejaran dan pencarian tentara kolonial,” ungkapnya.
Artinya, lanjutnya, Ibu Ageng telah terlibat aktif dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan NKRI. Pada tahun 1960-an Ibu Ageng juga mendapatkan pendidikan pelatihan dan penggemblengan sebagai sukarelawati untuk ikut terlibat mempertahankan kedaulatan dan keutuhan bumi pertiwi.
“Kita ingat situasi politik dan keamanan kita pada tahun itu tentulah belum baik benar, pada saat itu almarhumah tela untuk mengorbankan segalanya demi tanah air yang dicintainya,” katanya.
Menjadi istri prajurit pada masa itu tentu bukan hal yang mudah dan penuh tantangan. Dikisahkan SBY ekonomi keluarga juga sering pas-pasan. Akan tetapi, seraya mengasuh dan mendidik 7 putra putrinya Ibu Ageng telah menjadi role model bagaimana seorang istri prajurit memiliki ketangguhan, ketegaran dan semua sifat-sifat yang mulia. “Keluarga besar mencatat dalam sejarah perjalanan hidup almarhum Sarwo Edhie dan almarhumah Ibu Ageng yang kami nilai memberikan contoh nyata dalam kehidupan, mewariskan nilai-nilai dan karakter yang tangguh, tabah, memilih jalan lurus dan mau berkorban,” terangnya.
Nilai-nilai itu, tambahnya, sangat diperlukan oleh bangsa ini sampai kapanpun. Nilai kehidupan yang diwariskan oleh sepasang suami istri ini bagi keluarga besar memberikan manfaat yang sangat tinggi. “Untuk diketahui banyak putra putri bahkan cucu beliau berdua yang kemudian menjadi prajurit atau mengawali karir dari dunia keprajuritan atau juga menjadi istri prajurit, oleh karena itu contoh nyata bagaimana ketangguhan Ibu Ageng sebagai istri prajurit sangat berguna bagi keluarga besar yang memilih profesi di dunia keprajuritan,” sebutnya.
Dengan semua perjuangannya, pihaknya mewakili keluarga besar merasa bersyukur dan bangga memiliki Ibu Ageng. Kenangan bersama Ibu Ageng akan akan senantiasa dikenang selamanya oleh keluarga.
“We will always remember, hiduplah dengan tenang di sisi Allah, dan semoga Allah mempertemukan Ibu Ageng dengan orang tua dengan suami tercinta, belahan jiwa Ibu Ageng, dengan putri Ibu Ageng, almarhumah Kristiani Herawati, belahan jiwa saya dan dengan putra Ibu Ageng, Pramono Edhie Wibowo yang keduanya telah berpulang pada tahun 2019 dan 2020,” tuturnya.
AHY dan Istrinya Annisa Pohan saat ditemui usai pemakaman mengatakan bahwa Ibu Ageng merupakan sosok yang penyayang dan perhatian kepada keluarga terutama cucu dan cicit. “Meskipun sudah usia lanjut dan memiliki banyak cucu dan cicit, tapi beliau selalu tetap masih ingat kepada cucu dan cicitnya. Dalam saat terakhir beliau juga tidak terlihat seperti sedang sakit, beliau selalu mencium cucu dan cicitnya saat bertemu,” ungkap Annisa yang didampingi AHY.
Banyak cerita bersama Ibu Ageng, saat berkunjung kerumah beliau pasti selalu diceritakan tentang masa-masa perjuangan dulu mendampingi suami yang merupakan abdi negara. “Juga sejarah-sejarah masa lalu yang mungkin tidak banyak orang yang tau tapi Ibu Ageng akan menceritakan ke kami, begitu menariknya dan begitu tajam ingatannya ya, kemudian juga Aira (Putri AHY dan Anissa) juga dekat dengan Ibu Ageng,” kata Annisa.
Diceritakan oleh Annisa, Ibu Ageng juga seseorang yang selalu mengikuti pemberitaan yang sedang berkembang baik membaca koran ataupun menyaksikan televisi. Dengan begitu, meskipun saat sudah menginjak usia lanjut pembicaraan dengan beliau selalu sangat menarik karena update dengan perkembangan berita yang sedang terjadi.
“Walaupun sudah usia sangat lanjut, tetapi senang sekali membaca berita koran dan juga dari TV, sehingga obrolan dengan kami itu masih tetap nyambung, luar biasa memang sosok beliau menjadi inspirasi bagi saya tentunya cucu perempuannya supaya bisa mengikuti jejak beliau yang sangat luar biasa,” tukasnya.
Sebagai cucu, AHY memiliki banyak kenangan dengan Ibu Ageng, apalagi beliau dinilainya termasuk memiliki usia yang panjang. Jadi cukup banyak kebersamaan bersama Ibu Ageng yang membekas diingatan. “Saya bersama keluarga juga pernah tinggal serumah dengan beliau di Cijantung waktu itu, jadi tau persis bahwa Ibu Ageng adalah sosok yang sangat penyayang, benar-benar mendorong keluarganya untuk maju, sukses dalam pendidikan, karir dan tentunta selalu mendoakan bahkan puasa untuk keberhasilan kita,” ungkap AHY.
Keluarga, kata AHY, merasa sangat kehilangan sosok wanita hebat yang ada dalam diri Ibu Ageng. Namun begitu, keluarga tetap ikhlas dan senantiasa selalu mendoakan Ibu Ageng agar mendapat tempat terbaik di sisi tuhan yang maha kuasa. “Semoga amal ibadahnya diterima Allah Swt dan semua dosanya diampuni,” kata AHY.
Dalam pemakaman itu, selain Presiden ke-6 RI SBY dan seluruh keluarga besar almarhumah, hadir juga Wakil Presiden RI ke-11 Budiono beserta istri, Jajaran dari Partai Demokrat, Danrem 072 Pamungkas Kol Inf Afianto, Bupati Purworejo Agus Bastian, Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti, Jajaran Forkopimda Purworejo dan para pelayat lainnya.
Bupati Purworejo Agus Bastian yang mewakili masyarakat Kabupaten Purworejo juga menyampaikan ucapan duka cita yang mendalam atas meninggalnya Ibu Ageng. Menurutnya, Ibu Ageng beserta suami merupakan tokoh pejuang yang tangguh demi kedaulatan negara. Ibu Ageng selama hidupnya juga telah berhasil membesarkan putra putrinya dengan baik, bahkan menantunya menjadi presiden RI yang ke-6.
“Doa terbaik untuk beliau, semoga diterima amal ibadahnya dan keluarga selalu diberi kekuatan, keikhlasan serta dapat meneruskan cita2 almarhumah,” Kata Bupati.