MERCUSUAR.CO – Desa Wisata Lembah Asri Serang (D’Las) merupakan salah satu pariwisata andalan Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Desa wisata yang berlokasi di kaki Gunung Slamet ini memiliki pemandangan alam yang asri dan indah dengan udara sejuk khas pegunungan.
Sugito membeberkan dulunya desa yang dipimpinnya sejak 2007 tersebut merupakan zona merah kemiskinan. Namun di sisi lain, Desa Serang memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata. Tanah yang gembur menjadikan sayur mayur dan buah-buahan tumbuh subur, sehingga sangat mendukung dalam pengembangan agrowisata.
“Awal kita mendirikan desa wisata yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa itu modal awalnya Rp 9 juta dari alokasi dana desa (ADD). Dari tahun ke tahun, dengan dukungan warga masyarakat dan kepercayaan masyarakat, (potensi) Desa Serang dari tahun ke tahun semakin meningkat, artinya semakin meningkat kunjungan wisatanya. Sampai di tahun 2019, kita menyentuh di angka 700 ribu wisatawan dalam satu tahunnya,” ungkap Kepala Desa Serang Sugito.
Menyadari hal tersebut, Sugito dan perangkat Desa Serang pun melakukan pengembangan pariwisata secara bertahap mulai dari 2010. Pada mulanya, pihaknya membuka wisata flying fox di kawasan hutan pinus milik Perhutani dari alokasi dana desa. Berlanjut pada 2013, ia berinisiatif membuka kompleks wisata dengan memanfaatkan tanah bengkok seluas 1,3 hektare yang sebetulnya bisa saja ia garap sendiri.
“Saya mencoba mulai bangun di sini melalui swadaya masyarakat murni, saya kerja bakti dengan masyarakat, saya ajak iuran masyarakat untuk pembelian material pembuatan gazebo dan sebagainya,” ujarnya.
Sugito mengaku dalam pengembangan desa wisata bersama masyarakat ini perlu melewati beberapa tahapan yang panjang. Setelah belasan tahun berlalu, pembangunan wisata ini terus berkembang dengan penambahan beragam wahana hingga sampai saat ini terdapat total 23 wahana yang ada di D’las. Tak disangka hingga saat ini desa wisata unggulan Purbalingga ini memiliki pendapatan kotor mencapai miliaran rupiah.
“Nah untuk tingkat kunjungan kami tertinggi itu pada tahun 2019 di angka 700 ribu dalam satu tahun. Alhamdulillah dari tahun ke tahun masih lumayan pendapatannya karena kita selalu membuka wahana baru di obyek wisata D’LAS. Walaupun kita kunjungannya saat ini sedikit turun, tapi untuk pendapatannya kita selalu naik. Jadi kita sudah sampai di angka sekitar Rp 8 miliar setahunnya untuk pendapatan semuanya dari sektor pariwisata,” jelas kepala desa 3 periode itu.
Sementara itu, Direktur BUMDes Serang Teguh Yulianto menambahkan modal awal Rp 9 juta hingga bisa berkembang menjadi desa wisata dengan luas area sekitar 15 hektare ini tak lepas dari bantuan dari pemerintah daerah setempat. Selain itu, warga Desa Serang sendiri pun turut bergotong royong dalam permodalan, sekaligus sebagai investor pengembangan wisata.
“Modal awal itu kan Rp 9 juta, perkembangannya itu ada bantuan-bantuan dari pemerintah daerah dan juga ada dana desa, ada pendampingan kita mendapatkan 3 kali. Nominal Rp 850 juta tahun 2020, terus ada lagi Rp 600 juta untuk food court, terus ada bantuan dari pemerintah daerah, dari kabupaten, dari provinsi juga ada,” papar Teguh.
Beragam inovasi pengembangan desa wisata ini membuat pendapatan desa dari sektor wisata meningkat. Teguh menjelaskan saat ini BUMDes Serang memang memiliki 4 unit usaha, yakni pariwisata, pengelolaan air bersih, pertanian & peternakan, dan lembaga keuangan mikro. Namun, di antara 4 unit usaha tersebut yang paling berkontribusi besar terhadap pendapatan desa adalah dari industri pariwisata.
“Tapi yang ditangani secara maksimal itu pariwisatanya yang sama saat ini masih berjalan dan juga menghasilkan yang cukup lumayan bagi desa. Jadi kita bisa setor PADes (pendapatan asli desa) yang cukup besar. Kondisi Desa Serang saat ini sekitar Rp 500 juta yang masuk PADes dan ada hampir Rp 300 juta lebih untuk kegiatan sosial yang tidak dimasukkan ke PADes,” jelas Teguh
Inovasi pengembangan agrowisata tersebut terbukti memberikan multiplier effect bagi masyarakat desa, terutama dalam menggerakkan ekonomi. Warga Serang yang dulunya banyak merantau ke luar daerah, kini kembali ke desa makin berdaya dengan hadirnya desa wisata sehingga bisa hidup mandiri.