MERCUSUAR.CO, Sukabumi – Siapa yang tak kenal Mak Erot, beliau terkenal mengenai mengubah pijat alat vital di Cisolok, Kabupaten Sukabumi, dan berkat ketenaran Mak Erot Desa Cisolok malah menjadi tujuan wisata kesehatan. Oleh hal ini banyak warga yang menggantungkan mata pencaharian dari jasa pijat pada masa kejayaannya yang terkenal hingga ke mancanegara.
Jaka Suharman (37 tahun), seorang warga dari Desa Caringin, Kecamatan Cisolok, adalah salah satu dari banyak warga yang pernah merasakan kemudahan dalam mencari penghasilan saat masa keemasan wisata Mak Erot. Setelah lulus dari sekolah menengah pada tahun 2000, Jaka memutuskan untuk menjadi tukang ojek, karena itu merupakan peluang usaha yang sangat menjanjikan pada saat itu.
Ia beroperasi di perempatan menuju Kampung Cigadog, tempat kediaman Mak Erot. Tempat tersebut berjarak sekitar dua kilometer dari klinik pijat Mak Erot dan merupakan akses terakhir bagi kendaraan bermesin empat.
Salah satu cucu dari almarhum Mak Erot yang sekarang melanjutkan tradisi pijat alat vital di Cigadog, Cisolok.
“Saat itu jalannya menanjak naek gunung dan rusak. Semua pasien Mak Erot kami yang mengantar. Ada puluhan mungkin ratusan ojek yang diatur oleh petugas biar rezekinya merata tidak saling rebut penumpang,” jelasnya.
“Dulu kalau sedang ramai banyak pengunjung dengan tujuan Hj Mak Erot, tukang Ojek disini bisa mendapat penghasilan Rp 200 -300 ribu perhari dengan upah sekali mengantarkan pasien Rp50 ribu,” tandasnya.
Dengan kenangan indah ini, Jaka tentu sangat mendukung jika para penerus pengobatan pijak Mak Erot yag saat ini masih berada di Kampung Cigadog bisa kembali menyedot banyak pasien.
“Alhamdulillah kalau rencana itu bener terealisasi, kampung ini bisa jadi ramai kembali, akses infrastrutur jalan yang tadinya jelek mungkin bisa bagus, akses kebutuhan air juga bisa lancar karena selama ini agak susah air kalau musim kemarau,” jelasnya.
Sejak Mak Erot meninggal pada tahun 2008, Jaka mengakui bahwa tingkat kunjungan ke Kampung Cigadog yang dulunya selalu ramai, hampir tanpa hari libur, sekarang menjadi sepi. Meskipun masih ada yang datang untuk berobat kepada cucu-cucu Mak Erot, menurut Jaka, kunjungan tersebut telah menurun secara signifikan.
Hamidah (35 tahun), seorang penduduk yang tinggal dekat perempatan menuju Kampung Cigadog, juga merasakan perubahan ini. Hamidah mengenang bagaimana sebelumnya dagangan di warung keluarganya selalu laris manis ketika pasien-pasien Mak Erot datang.
“Kalau sudah ramai tidak siang tidak malam, dari subuh kadang pengunjung yang menunggu giliran berobat sudah jajan kesini, sebagai penjual makanan itu suatu berkah,” singkatnya.