Mercusuar.co, Purbalingga – Hadirnya bulan Sura (tahun Saka) atau bulan Mukharam (tahun Hijriyah) selalu menjadi moment penting bagi masyarakat Desa Selakambang, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga untuk melakukan berbagai ritual, salahsatunya ritual memohon keselamatan terhadap Tuhan dengan cara memasang Jampang Pias di Lingkungan rumah. Hal itu disampaikan Pemangku Adat Desa Selakambang, Kusno kepada Mercusuar.co saat usai melakukan pemasangan Jampang Pias di rumahnya, Minggu (31/7/2022) petang.
Kusno menerangkan, Jampang Pias itu bentuknya adalah rangkaian dari beberapa dedaunan yang dipetik di kebun sekitar rumahnya, diantaranya daun Salam, daun kelapa yang masih muda (janur kuning) yang sudah dibentuk menjadi ketupat, rumput Jampang Pias, daun kayu tua, dan daun salak.
“Jampang Pias rangkaian dedaunan yang dipetik di kebun. Tapi bukan sembarang dedaunan, melainkan dedaunan yang memiliki ma’na atau istilah. Dalam pemahaman Jawa arti dari nama-nama dedaunan tersebut merupakan lambang atau sanepa (ma’na yang tersirat),” terang Kusno.
Adapun tujuan dari pemasangan Jampang Pias tersebut, menurut pegiata kebudayaan dan adat istiadat di Purbalingga ini, pemasangan Jampang Pias tersebut merupakan tradisi kuno, tradisi untuk memohon keselamatan secara ritual bagi masyarakat di Jawa pada umumnya yang sudah turun temurun.
“Ini tradisi yang sudah turun temurun. Setiap bulan Sura masyarakat di Jawa melakukan ritual permohonan keselamatan terhadap Gusti Kang Akarya Jagat, Sang Yang Widie Wase, Sang Yang Dumadi, Gusti Yang Maha Kuasa, Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atau apalah sebutannya sesuai dengan pemahaman dan keyakinan masing-masing terhadap Sang Pencipta Alam Sementa ini dengan cara memasang Jamang Pias di sudut-sudut rumah atau di atas palang pintu rumah,” ujarnya.
Kusno menjelaskan, ma’na atau arti dari dedaunan yang diberi nama Jampang Pias tersebut diantaranya daun Salam memiliki ma’na uluk salam (mengucap salam) ketika bertemu orang lain atau ketika masuk rumah. “Tujuan berucap dalam adalah mendoakan keselamatan bagi orang lain dengan harapan orang lain juga memberikan salam kepada kita” jelasnya
Sedang arti dari Janur Kuning dalam terminologi Jawa sebagai istilah sejaning nur kanti wening.”Artinya, seja itu harapan, berharap adanya nur (cahaya) kanti wening (secara hening atau berrenung diri, menyepi atau berdoa di sepertiga malam yang hening) untuk menggapai nur atau cahaya (cita cita dalam hidup-red). Sedang jamur kuning tersebut dibentuk menjadi ketupat (kupat). Kupat dalam pengertian Jawa dima’nai ngaku lepat (mengakui kesalahan, dengan rendah hati mengakui banyaknya prilaku salah kepada sesama manusia, dan juga dengan rendah diri mengaku banyak dosa terhadap Tuhan Yang Maha Esa) Jadi ma’na kupat adalah memohon ampunan terhadap sesama dan juga terhadap Tuhan.
“Kemudian di situ ada daun pohon tua. Daun pohon tua mengandung maksud orang itu harus merasa tua, berfikir dan berprilaku dewasa. Aja kaya bocah cilik (jangan seperti anak kecil-red). Rendah hatilah untuk mengaku telah banyak melakukan kesalahan pada orang lain, rendah dirilah untuk mengakui dalam hidupnya banyak melakukan dosa. Ini juga juga ajaran para leluhur agar hidup itu jangan sombong, jangan mengaku benar sendiri, bersih sendiri, suci sendiri, seolah tidak pernah melakukan kesalah dan dosa. Apalagi menuduh orang lain salah dan dosa karen tidak sama dengan dirinya,” terang Kusno kemudian.
Setelah memberi salam, bertafakur di keheningan malam, menyepi dan mengakui hidupnya banyak salah dan dosa, kemudian di situ ada daun pohon buah salak. Ma’na daun salak atau bisa dima’nai Selak, selak artinya ingkar, mengingkari kenikmatan yang diberikan oleh Tuhan dalam hidupnya. Selak atau ingkar juga ber’mana ingkar terhadap janji kepada sesama
“Jadi sebagai manusia jangan suka mengingkari janji, disamping juga mengikuti nikmat dan karunia yang sudah diberikan oleh Tuhan. Dalam pemahaman Islam disebut kufur ni’mat (mengingkari nikmat),” ulasnya.
Yang terakhir adalah daun rumput Jampang Pias, “Jadi nama atau istilah Jampang Pias itu berasal dari nama rumput Jampang Pias. Tumbuhan berbentuk seperti pohon bambu tapi kecil-kecil ini banyak tumbuh di kebun atau pinggiran sungai,” terangnya.
Jampang Pias sendiri menurut Pendiri Umah Wayang di Desa Selakambang ini berma’na uwal saka rubeda (keluar dari Maslah atau malapetaka-red). “Karena tujuan ahir dari tradisi pemasangan Jampang Pias tersebut adalah memohon kepada Allah SWT atau Tuhan Yang Maha Esa agar selama satu tahun kedepan, diawali sejak bulan Sura tahun ini hingga bulan Sura tahun depan tidak terjadi malapetaka, hidupnya selamat, tidak ada rintangan,” ujar Kusno.
Kusno juga menjelaskan, pemasangan Jampang Pias di lingkungan rumah pada setiap bulan Sura pada saat ini tidak lagi sebagai simbol permohonan keselamatan, melainkan pelestarian tradisi yang pernah berlaku pada masyarakat di tanah Jawa yang sudah turun temurun ratusan tahun, bahkan mungkin ribuan tahun.
“Karena pada jaman sekarang orang sudah bisa mema’nai dari simbol-simbol tersebut, maka yang diperlukan adalah implementasi, perwujudan dari simbol-simbol yang ada pada Jampang Pias itu tadi. Orang sudah bisa melakukan ucapan salam, selamat pagi, selamat sore, Assalamu’alaikum, Hom Santi Santi Hom, Salom, Salam kebajikan, Rahayu dan sebagainya. Berucap keselamatan kepada sesama. Kemudian orang sudah mema’nai anadap asor (berbudi baik, rendah hati pada sesama, rendah diri dihadapan Tuhan). Lalu berbuatlah dewasa, setia, besyukur, tidak mengingkari dan berdoa dengan caranya masing-masing, pemahamannya masing-masing agar diselamatkan jiwa raganya dalam kehidupan ini,” terangnya lagi.
Namun demikian, menurut Kusno, pemasangan Jampang Pias pada saat ini bukan berati tidak lagi penting, “Tetap penting pada setiap bulan Sura kita memasang Jampang Pias. Alasannya, pertma melestarikan tradisi leluhur dalam memberikan pemahaman Budi pekerti saat itu (jaman dahulu), kedua, pemasangan Jampang Pias sebagai pengingat kalau bulan memasuki tahun baru Saka atau Hijriyah kita sebagai manusia kembali untuk memanfaatkan momentum bukan yang sakral ini untuk kembali dan kembali memohon keselamatan baik di dunia maupun di akhirat nanti. Jadi dengan pemasangan Jampang Pias ini untuk mengingatkan agar berprilaku sebagaimana yang tersirat pada ma’na dedaunan yang terangkai pada Jampang Pias tersebut,” pungkasnya.(Angga)