YOGYAKARTA, Mercusuar.co – Kertas bekas kebanyakan dibuang sebagai sampah atau dibakar menjadi abu. Memang ada yang memanfaatkan tetapi sangat sedikit, termasuk salah satunya Yayasan Barkasmal Nusantara. Pengurus yayasan fokus mengumpulkan kertas bekas sebagai sumber dana untuk membiayai anak-anak tidak mampu.
Barang Kertas Bekas tapi Jadi Amal, Barkasmal, begitu sebutan untuk yayasan yang berdiri tahun 2012 tersebut. Yayasan bergerak di bidang pendidikan dengan program utama menyalurkan beasiswa, pendampingan akademik dan pembinaan akhlak bagi anak-anak yatim, piatu dan dhuafa.
Ale Ikhwan Jumali dari Barkasmal menuturkan saat ia dan pengurus tengah membina 28 anak dari tingkat SD hingga kuliah S1. Anak-anak binaan berasal dari Sleman, Bantul, Kota Jogja, dan Gunung Kidul. Mereka tinggal bersama orang tua atau wali dan sebagian tinggal di Pondok Pesantren Miftahunnajah.
”Sumber pendanaan dari barang bekas dan donasi seperti infaq, sodaqoh, dan dari orang tua asuh. Barang bekas hibah dari para donatur yang kami terima berupa kertas bekas, koran, pakaian dan aksesoris layak pakai. Ada pula peralatan rumah tangga, perlengkapan kos dan kontrakan yang sudah tidak digunakan, barang elektronik, dan barang bekas lainnya,” papar Ale.
Banyak Kegiatan
Terlihat sepele, tapi barang bekas jika dikelola dengan baik ternyata bisa mendukung anak-anak yang kurang mampu untuk menempuh pendidikan. Semua program biayanya bersumber dari barang bekas yang dihimpun dari hibah para donator. Ale mencontohkan biaya yang harus dikeluarkan untuk beasiswa pendidikan mencapai Rp 70.200.000 pada tahun 2020.
”Selain beasiswa pendidikan, kami juga mempunyai program unggulan lain seperti pembelian perlengkapan sekolah, pendampingan belajar, pelayanan kesehatan, kemah pengembangan diri dan kepemimpinan, inkubasi bisnis, dan perpustakaan,” imbuh Ale.
Menurutnya kekuatan barang bekas sangat potensial apabila dikelola dengan baik. Barkasmal memiliki relawan dan tenaga kerja yang siap menjemput donasi barang bekas dari donator, dengan alat transportasi berupa pick up dan sepeda motor. Selama jarak masih bisa dijangkau, mereka akan menjemputnya.
Perkembangan lembaga dan makin banyaknya kegiatan membuat Barkasmal memerlukan sekretariat permanen yang nantinya akan menjadi kantor terpadu. Meskipun masih mengontrak tempat, Ale dan teman-temannya ingin membuat tempat tersebut menjadi markas yang dapat menjadi pusat kegiatan. Mereka membuka diri bekerja sama dengan siapa saja guna membantu anak-anak tak mampu mewujudkan mimpinya.