Imogiri Makam Para Raja Jawa

makam raja
Makam Imogiri, Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

MERCUSUAR.CO Makam Imogiri adalah lokasi peristirahatan terakhir Raja-Raja Mataram dan keluarganya. Dibangun Sultan Agung pada 1613 dengan arsitek kompleks makam di Imogiri bernama Kyai Tumenggung Citrokusumo, makam ini tidak hanya sakral. Berusia 400 tahun, makam ini menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai negara.

Kompleks pemakaman ini terletak kurang lebih 16 km di sebelah selatan Keraton Yogyakarta, tepatnya di wilayah Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Imogiri berasal dari kata hima dan giri. Hima berarti kabut dan giri berarti gunung, sehingga Imogiri bisa diartikan sebagai gunung yang diselimuti kabut.

Pemilihan bukit sebagai lokasi makam tidak dapat dilepaskan dari konsep masyarakat Jawa pra Hindu yang memandang bukit, atau tempat yang tinggi, sebagai suatu tempat yang sakral dan menjadi tempat bersemayamnya roh nenek moyang. Selain itu, pemilihan lokasi di tempat yang tinggi pun merupakan salah satu bentuk kepercayaan masyarakat Hindu yang menganggap semakin tinggi tempat pemakaman, maka semakin tinggi pula derajat kemuliaannya.

makam imogiri
Makam Imogiri, Desa Girirejo dan Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Area pemakaman ini, termasuk raja-raja era Kraton Yogyakarta dan Surakarta, punya sejarah panjang, dibangun sejak masa Sultan Agung, pemimpin terbesar Kesultanan Mataram Islam. Dijelaskan dalam buku Jejak Masa Lalu: Sejuta Warisan Budaya (2004) suntingan Arwan Tuti Artha dan ‎Heddy Shri Ahimsa Putra, makam raja-raja Mataram di puncak bukit ini dibangun atas gagasan Sultan Agung (1613-1645). Bukit ini dinamakan Pajimatan Girirejo, terletak di Bantul, arah selatan Kota Yogyakarta, tak jauh dari pantai selatan. Pembangunan kompleks makam raja-raja di Imogiri ini dimulai pada 1632, atau memasuki dekade kedua era Sultan Agung. Pusat pemerintahan Kesultanan Mataram Islam kala itu berada di Kotagede, dekat pusat Kota Yogyakarta sekarang.

Sebelum dibangunnya kompleks makam raja-raja di Imogiri, Sultan Agung sebenarnya sudah merencanakan area pemakaman khusus yang dinamakan Girilaya. Perancangnya adalah paman sultan yang bernama Panembahan Juminah, salah satu putra Sutawijaya alias Panembahan Senapati, pendiri Kesultanan Mataram Islam. Namun, di tengah proses pembangunan makam itu, Panembahan Juminah wafat. Sultan Agung pun membatalkan rencana penggunaan kompleks makam tersebut untuk raja-raja Mataram. Panembahan Juminah dikuburkan di Makam Girilaya sebagai bentuk penghormatan Sultan Agung kepada paman tercintanya tersebut.

Makam Raja
Nindyasti Dilla Himaya lewat kajiannya bertajuk “Pengaruh Budaya Jawa-Hindu dalam Kompleks Makam Imogiri Yogyakarta” (2017) yang terangkum dalam Prosiding Seminar Heritage Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), mengungkapkan, arsitek kompleks makam di Imogiri bernama Kyai Tumenggung Citrokusumo, orang kepercayaan Sultan Agung. Kyai Tumenggung Citrokusumo merancang kompleks pemakaman tersebut dengan perpaduan unsur Jawa (Hindu) dan Islam, juga dibangun masjid di dalamnya. Hingga kini, bangunan masjid tersebut tetap terjaga dan sesuai dengan bentuk aslinya. Area pemakaman ditempatkan di puncak bukit. Untuk mencapainya harus menaiki tingkat yang berjumlah 409 anak tangga dengan kemiringan 45 derajat dan lebar sekitar 4 meter.

Menurut mitos setempat, barangsiapa saat menaiki anak tangga itu dapat menghitung jumlahnya dengan tepat, maka keinginannya akan terkabul. Sebagaimana namanya, kompleks makam Imogiri memang diperuntukkan sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi raja-raja Mataram Islam dan raja-raja turunannya, hingga terbelahnya Dinasti Mataram menjadi dua kerajaan yang masih eksis hingga saat ini, yakni Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Area pemakaman ini, seperti diuraikan dalam tulisan Nindyasti Dilla Himaya, dibagi menjadi tiga wilayah utama, yaitu Astana Kasultan Agung, Wilayah Makam Raja-raja Surakarta, dan Wilayah Makam Raja-raja Yogyakarta. Di kawasan Astana Kasultan Agung terdapat makam Sultan Agung, Kanjeng Ratu Batang (istri Sultan Agung), Amangkurat II (pendiri Kasunanan Kartasura setelah runtuhnya Mataram Islam), dan Amangkurat III (raja kedua Kasunanan Kartasura). Sedangkan di wilayah makam raja-raja Surakarta dikebumikan Pakubuwana I (raja ketiga Kasunanan Kartasura) dan para penguasa Kasunanan Surakarta dari Susuhunan Pakubuwana II hingga Pakubuwana XII. Terakhir adalah wilayah makam raja-raja Yogyakarta untuk sebagai tempat persemayaman terakhir para pemimpin Kasultanan Yogyakarta, dari Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengkubuwana I hingga Hamengkubuwana IX, kecuali Hamengkubuwana II yang dimakamkan di Kotagede, bekas ibukota Mataram Islam.

Di area pemakaman Imogiri juga terdapat lokasi penguburan sosok yang dianggap pengkhianat, yaitu Tumenggung Endranata. Terungkap dalam buku G. Moedjanto berjudul The Concept of Power in Javanese Culture (1986), Tumenggung Endranata adalah Bupati Demak yang sempat menjadi salah satu panglima perang andalan Sultan Agung, termasuk dalam upaya penyerangan ke markas VOC di Batavia pada 1628 dan 1629. Beberapa sumber menyebut, Tumenggung Endranata telah membocorkan posisi basis tentara dan logistik pasukan Kesultanan Mataram Islam saat penyerangan ke Batavia pada 1629. Seperti diketahui, upaya menyerang VOC yang dimotori Sultan Agung itu gagal total.

Pengkhianatan Tumenggung Endranata membuat Sultan Agung murka. Panglima perang Mataram itu pun diadili dan dijatuhi hukuman mati. Tubuhnya dipenggal menjadi tiga bagian. Ketiga potongan tubuh ini kemudian ditanam di jalur anak tangga yang mengarah ke kompleks pemakaman raja-raja di Imogiri, sehingga jasad si pengkhianat terinjak-injak oleh orang yang sedang menaiki anak tangga tersebut. Kompleks makam raja-raja di Imogiri saat ini sudah berusia 387 tahun, dan terus dipergunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir raja-raja turunan Mataram, yakni Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.(pur)

Pos terkait