Ulama Pesantren Minta Batu Nisan Stanagede Dikembalikan

pengasuhpondok
mercusuar/Dok - KH Khoirullah Al Mujtaba, pengasuh PPTQ AL As'ariyah Kalibeber Mojotengah.

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Pengasuh pondok pesantren Al As’ariyah Kalibeber meminta kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo untuk mengembalikan kembali batu nisan yang sudah diambil di makam Stanagede. Hal itu dilakukan untuk mengurai gejolak persoalan yang ada di masyarakat.
“Sebenarnya solusinya dikembalikan saja batu nisan ke makam Stanagede. Kemudian pemerintah mengupayakan pengelolanya dan dijadikan wisata religi, gitu saja kok repot,” kata KH Khoirullah Al Mujtaba pengasuh PPTQ AL As’ariyah Kalibeber Mojotengah kepada mercusuar.co.
Pengambilan batu nisan yang diduga jenis lingga di Stanagede di Dusun Mojotengah, Desa Mojosari, Kecamatan Mojotengah masih menyisakan polemik. Kalangan ulama di Mojotengah juga ikut memberikan tanggapan. Salah satunya pengasuh pondok Pesantren Al As’ariyah Kalibeber Khoirullah Al Mujtaba, yang juga menyayangkan langkah pengambilan batu nisan tersebut. Sebab, etika pengambilan harusnya dilakukan dengan adab dan tata cara yang baik.
“Seharusnya etika pengambilan dilakukan dengan tasyakuran di masyarakat. Supaya ada ketenangan masyarakat paska diambilnya batu nisan tersebut,” katanya.
Apalagi batu nisan tersebut merupakan makam salah satu tokoh yang sering di ziarahi berbagai kalangan masyarakat di Wonosobo dan luar Wonosobo. Sehingga perlu dilestarikan dan dijadikan wisata religi.
“Selama ini tidak ada masalah dan tidak pernah diributkan kondisi makam tersebut. Nah, baru baru ini saja ada hal aneh pengambilan batu nisan di makam Stanagede,” tambahnya.
Secara syariat Islam, kata KH Khoirullah tak menyalahi syariat. Karena, Nabi Muhammad juga pernah meletakkan batu di atas makam saudara sesusannya.
“Ziarah tidak melanggar syariat,” tegasnya.
Ia juge menceritakan, jika makam di Stanage adalah merupakan makam tokoh besar, hanya saja tidak diketahui secara pasti namanya, yang diketahui adalah mbah Maos Pati. Makam tersebut mulai dikenal, setelah di kunjungi oleh Kiai As’ari, lalu dilanjutkan mbah Muntaha dan dilanjutkan mbah Muttakin dilanjutkan putranya dan diserahkan ke masyarakat.
“Sebenarnya pengelolaan diserahkan penuh ke masyarakat, hanya saja kalau pengambilan batu nisan dilakukan secara sembarangan, maka sangat disayangkan,” tegasnya.
Plt kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Wonosobo, Sumaedi mengatakan, pengambilan batu nisan jenis lingga yang diduga cagar budaya merupakan langkah pengamanan. Supaya benda yang diduga tersebut tidak hilang. “Obyek tersebut diduga cagar budaya dan dilokasi tersbeut sudha ada yang hilang. Hal ini yang membuat kami melangkah,” terangnya.

Pos terkait