Peringati Hari Tani Nasional, APERA dan Gerakan Mahasiswa Solo Raya Ajak Aliansi Petani Karanganyar Stop Monopoli

1c093498 bc6c 4963 8a4c 1a16424967dc

KARANGANYAR, Mercusuar.co – Aliansi Pejuang Rakyat (APERA) Solo Raya berkolaborasi dengan serikat tani dan gerakan mahasiswa menggelar aksi di halaman Gedung DPRD Karanganyar.

Aksi ini untuk memperingati hari tani Nasional, karena semakin hari nasib petani kian mengkhawatirkan. Sebab, petani di Karanganyar mengalami krisis diberbagai persoalan, mulai kesulitan air karena dimonopoli, harga komoditas tani panen yang tidak pasti dan cenderung rendah, dan pupuk yang langka dan mahal.

Aksi yang dilakukan dengan orasi dan membentangkan sejumlah poster itu juga menyatakan, semakin terpuruknya petani di Karanganyar tak lepas dari berbagai kebijakan pemerintah yang sering kali dianggap tidak berpihak pada petani kecil. Salah satunya adalah sumber daya air bagi pertanian kian hari kian menipis. Krisis air untuk petani dinilai bukan semata karena krisis Iklim, tetapi juga akibat pengelolaan sumber daya alam yang buruk dan monopoli sumber mata air oleh Perusahaan Daerah Air Minum Karanganyar.

“Akibatnya, petani terpinggirkan dan harus berebut dengan korporasi untuk mendapatkan sumber air. Kekurangan air ini membuat ongkos produksi pertanian bertambah terutama saat musim kering,” ucap salah satu petani dalam orasinya.

Persoalan petani lain adalah setiap musim panen tiba, petani Karanganyar terjebak dalam ketidakpastian harga komoditas. Hasil jerih payah yang seharusnya bisa menopang kehidupan layak justru dihargai murah oleh para tengkulak dan pasar. Harga panen gabah hanya dihargai 5.000/kg. Kondisi ini diperparah dengan lemahnya peran pemerintah dalam melindungi harga komoditas pertanian.

Selain itu, kelangkaan pupuk yang terus terjadi dari tahun ke tahun semakin memperparah kesulitan petani. Harga pupuk yang mahal membuat biaya produksi meningkat, sementara hasil panen mereka tidak mendapatkan harga yang layak di pasar. Pemerintah sering kali memberikan subsidi pupuk, tetapi distribusinya tidak merata dan cenderung tidak memadai.

Hal ini membuat banyak petani di Karanganyar terpaksa mengurangi penggunaan pupuk atau bahkan meninggalkan lahan mereka. Yang terjadi adalah alih fungsi lahan, dari pertanian menjadi lahan industri maupun ekonomi, seperti semakin banyaknya perumahan di lahan produktif di Karanganyar.

Dalam aksi ini mereka menuntut untuk menghentikan monopoli air oleh PUDAM dengan menerbitkan perda yang menjamin sumber mata air untuk petani. Menjamin ketersedian pupuk dengan harga terjangkau untuk petani. Membuat regulasi stabilisasi harga gabah yang mengutungkan petani, dan mendorong BULOG untuk menyerap hasil panen dari petani langsung serta menjamin harga komoditas petani holtikultura dan menyediakan akses pasar seluas-luasnya. Serrta Alokasi anggaran untuk pembangunan irigasi pertanian dan jalan usaha tani yang berkeadilan dan bebas dari politisasi.

Aksi hari tani Nasional ini dilakukan oleh Serikat Tani Bumi Intanpari – Aliansi Gerakan Reforma Agraria (Sertabumi – AGRA), Gabungan Serikat Buruh Indonesia (GSBI) Karanganyar, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Surakarta, Front Mahasiswa Nasional (FMN) UNS, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) FP UNS, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FP, dan League of Social Studies & Research (LSSR).

Aksi di Gedung DPRD ini diakhiri dengan audiensi dengan Pimpinan DPRD serta Stakeholder terkait, dan para pengunjuk rasa meminta untuk para pihak yang berkepentingan berani menandatangani tuntutan mereka. (hrs)

Pos terkait