lima Orang Anggota NU Bertemu Presiden Israel: Beasiswa untuk Warga Israel di Tengah Konflik Palestina

lima Orang Anggota NU bertemu Presiden Israel di Jakarta untuk dialog perdamaian, sementara Muhammadiyah menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Palestina.(ILHAM)
lima Orang Anggota NU bertemu Presiden Israel di Jakarta untuk dialog perdamaian, sementara Muhammadiyah menawarkan beasiswa bagi mahasiswa Palestina.(ILHAM)

MERCUSUAR , Jakarta, 18 Juli 2024 – Media sosial Indonesia diramaikan dengan beredarnya sebuah foto yang menunjukkan lima orang Nahdliyin atau anggota organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog. Pertemuan ini menuai banyak perhatian, terutama karena berlangsung di tengah situasi konflik yang masih berkecamuk di Palestina.

Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya mengungkapkan bahwa kelima kader yang bertemu dengan Presiden Israel adalah Zainul Maarif, Munawir Aziz, Syukron Makmun, Nurul Bahrul Ulum, dan Izza Anafisa Dania. Zainul Maarif, seorang Profesor Madya Filsafat di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) dan pengurus PWNU DKI Jakarta, memiliki latar belakang yang luas dalam pendidikan dan filsafat.

Munawar Aziz, seorang kolumnis dan peneliti, serta Sekretaris Umum PP Pagar Nusa, memiliki fokus riset pada kajian Tionghoa Nusantara dan Antisemitisme di Asia Tenggara. Syukron Makmun, yang menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Banten, pernah menempuh pendidikan di Mesir dan memiliki pengalaman dalam pengkaderan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

Nurul Bahrul Ulum, Petugas Komunikasi dari Program Pertukaran Muslim Australia-Indonesia, merupakan lulusan Sekolah Pemerintahan dan Kebijakan Publik dan pengurus PP Fatayat NU. Izza Annafisah Dania, seorang aktivis NU dan pengurus PP Fatayat NU, adalah alumni dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Universitas Islam Internasional Indonesia.

Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla (JK) turut memberikan komentar terkait pertemuan ini. JK menyatakan bahwa meskipun ada kesalahan dalam foto karena tersenyum, ia tidak mempermasalahkan jika kunjungan tersebut bertujuan mendiskusikan perdamaian antara Israel dan Palestina. JK sendiri belum lama ini bertemu dengan petinggi Hamas, Ismail Haniyeh, di Doha, Qatar, untuk membahas kondisi terkini di Gaza, Palestina. JK menegaskan sikap solidaritas serta dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina.

Di sisi lain, lembaga filantropi Islam, Lazismu, aktif dalam memberikan beasiswa kepada warga Palestina melalui program “Muhammadiyah Scholarship for Palestinian Students to Study in Indonesia (Fully Funded) Batch III”. Program ini mencakup biaya pendidikan dan biaya hidup bagi 37 kandidat dari Palestina, yang akan menempuh pendidikan di berbagai universitas Muhammadiyah di Indonesia. Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Lazismu PP Muhammadiyah, Ardhi Lutfi Kautsar, menyebutkan bahwa dari 37 kandidat, ada 3 orang yang menempuh jenjang pendidikan S1, 17 orang untuk jenjang S2, dan 17 orang lainnya untuk mengikuti Summer Course. Tujuh orang di antaranya sudah menjalani proses dan telah diterima, namun masih menyelesaikan pengurusan visa.

Pertemuan lima kader NU dengan Presiden Israel ini memang menuai kecaman dari publik, terutama karena digelar di tengah agresi Israel di Palestina. Gus Yahya telah meminta maaf atas pertemuan tersebut dan menjelaskan bahwa kelima kader NU diajak oleh sebuah NGO pro-Israel yang tersebar di berbagai negara. NGO tersebut memiliki misi untuk melakukan lobi-lobi demi membantu kepentingan Israel.

Meskipun pertemuan ini kontroversial, inisiatif-inisiatif seperti pemberian beasiswa oleh Lazismu menunjukkan upaya untuk mencari solusi jangka panjang bagi warga Palestina. Dalam konteks ini, pertemuan kader NU dengan Presiden Israel dapat dipandang sebagai bagian dari upaya diplomasi dan pencarian solusi yang lebih luas untuk perdamaian dan pemberdayaan melalui pendidikan.

Dengan demikian, meskipun penuh kontroversi, pertemuan ini membuka peluang untuk diskusi lebih lanjut tentang perdamaian dan kerjasama di masa depan. Pertemuan antara kader NU dan Presiden Israel Isaac Herzog di tengah konflik Palestina menimbulkan banyak reaksi dan pertanyaan. Namun, inisiatif-inisiatif seperti pemberian beasiswa oleh Lazismu menunjukkan bahwa ada upaya nyata untuk membantu warga Palestina melalui pendidikan. Pertemuan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya diplomasi dan dialog dalam mencari solusi untuk konflik yang berkepanjangan.

Pertemuan ini menunjukkan bahwa meskipun ada perbedaan pandangan dan situasi yang kompleks, upaya untuk mencari solusi melalui diplomasi dan pendidikan tetap penting. Dengan pendidikan, warga Palestina dapat memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan berkontribusi pada perdamaian dan pembangunan. Di sisi lain, diplomasi yang dilakukan oleh para kader NU dan tokoh-tokoh seperti JK menunjukkan bahwa dialog dan kerjasama tetap menjadi jalan yang harus ditempuh untuk mencapai perdamaian di kawasan yang penuh konflik ini.

Pertemuan ini, meskipun kontroversial, memberikan pelajaran penting bahwa dalam situasi konflik sekalipun, upaya untuk mencari solusi melalui pendidikan dan diplomasi tetap penting dan harus terus dilakukan. Upaya-upaya ini menunjukkan bahwa ada harapan untuk masa depan yang lebih baik, di mana perdamaian dan kerjasama dapat terwujud melalui dialog dan pendidikan.

Pos terkait