Menapaki Jejak Nenek Moyang Suku Minang di Desa Pariangan, Desa Terindah di Dunia

large menapaki jejak nenek moyang suku minang di desa pariangan desa terindah di dunia Dc6GDbdhHc

MERCUSUAR, JAKARTA– Terdapat sebuah desa yang tidak hanya menawarkan keindahan alam luar biasa, tetapi juga menyimpan sejarah panjang peradaban di Sumatra Barat, yaitu Desa Pariangan.

Desa ini bukan sekadar tempat wisata biasa. Ia adalah cikal bakal peradaban Minangkabau yang masih hidup dalam tradisi dan budaya warganya.

Bacaan Lainnya

Bahkan, Travel Budget USA pernah menobatkan Pariangan sebagai salah satu desa terindah di dunia pada 2012, sejajar dengan Shirakawago di Jepang dan Niagara on the Lake di Kanada.

Dengan lanskap perbukitan yang memesona, sawah berundak yang menghijau, serta rumah adat yang masih berdiri megah, Pariangan bukan hanya indah secara visual, tetapi juga kaya akan nilai historis dan budaya.

Mari kita telusuri lebih dalam pesona desa ini!

Sekilas Mengenai Desa Pariangan
Terletak di lereng Gunung Marapi, Desa Pariangan berada pada ketinggian 800–1.000 meter di atas permukaan laut. Udara sejuk khas pegunungan menyelimuti desa ini, memberikan suasana yang nyaman bagi siapa saja yang berkunjung.

Menurut tambo, sejarah lisan yang diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Minangkabau, Pariangan adalah tempat asal muasal nenek moyang mereka. Hal ini diabadikan dalam pepatah Minang:

“Dari mano dating titiak palito, dari telong nan Batali. Dari mano asa nenek moyang kito, dari puncak gunuang Marapi.”

Hingga kini, banyak peninggalan bersejarah yang masih bisa ditemukan di desa ini, seperti Batu Lantak Tigo, Kuburan Panjang Datuak Tantejo Gurhano, Sawah Satampang Baniah, dan Lurah Indak Barayia.

Tak heran, selain menjadi destinasi wisata, Pariangan juga menjadi tempat bagi para peneliti sejarah dan budaya yang ingin menggali lebih dalam tentang peradaban Minangkabau.

Lantas, apa saja yang membuat Desa Pariangan ini jadi destinasi wisata yang menarik untuk dieksplorasi di Sumatra Barat? Berikut di antaranya:

Keindahan Sawah Berundak dan Lanskap Pegunungan
Kawan GNFI, begitu tiba di Desa Pariangan, mata Kawan akan langsung dimanjakan dengan pemandangan sawah berundak yang membentang dari lereng Gunung Marapi hingga ke lembah. Sawah-sawah ini dikelola secara tradisional dan menjadi salah satu ciri khas desa.

Pada pagi hari, kabut tipis sering menyelimuti perbukitan, menciptakan suasana magis yang sulit ditemukan di tempat lain.

Jika Kawan mencari tempat yang tenang dan asri, Pariangan adalah pilihan yang tepat!

Rumah Gadang dan Arsitektur Minangkabau
Di sepanjang desa, Kawan bisa melihat deretan Rumah Gadang, rumah adat Minangkabau yang khas dengan atap melengkung seperti tanduk kerbau.

Hebatnya, rumah-rumah ini dibangun tanpa paku, hanya menggunakan teknik sambungan kayu yang diwariskan turun-temurun.

Selain Rumah Gadang, ada juga Masjid Ishlah, yang didirikan pada abad ke-19 oleh Syekh Burhanuddin, seorang ulama besar Minangkabau.

Uniknya, masjid ini memiliki pancuran air panas alami dari Gunung Marapi yang dianggap sebagai berkah bagi masyarakat setempat.

Wisata Sejarah dan Budaya Lainnya
Bagi Kawan yang tertarik dengan sejarah, Pariangan menyimpan berbagai situs bersejarah yang menarik untuk dikunjungi:

Kuburan Panjang Datuak Tantejo Gurhano – makam tokoh yang disebut sebagai arsitek pertama Rumah Gadang.
Sawah Satampang Baniah – sawah yang memiliki legenda unik tentang kesuburan dan kejayaan pertanian Minangkabau.
Selain itu, Pariangan juga kerap mengadakan berbagai upacara adat seperti Batagak Gala, yaitu prosesi adat dalam pengangkatan pemimpin suku atau penghulu.

Live-in Experience dan Heritage Walk

Cobalah program live-in experience, di mana Kawan bisa tinggal bersama keluarga lokal dan ikut dalam aktivitas sehari-hari mereka, seperti menanam padi, memasak kuliner khas Minang, hingga mengikuti upacara adat.

Bagi yang suka berjalan kaki, Heritage Walk adalah cara terbaik untuk menjelajahi desa.

Kawan bisa menyusuri gang-gang kecil, melewati Rumah Gadang, sawah, dan situs bersejarah lainnya dengan dipandu oleh warga setempat.

Pos terkait