SUKOHARJO, Mercusuar.co – Dalam upaya memperkuat pengawasan partisipatif dan mewujudkan demokrasi yang bermartabat, Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Solo sukses menyelenggarakan Seminar Nasional Kelas Sengketa Pemilu pada Senin, 15 September 2025. Acara yang dibuka secara resmi oleh perwakilan Bawaslu RI ini, dihadiri lebih dari 120 peserta dan menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengambil peran nyata dalam mengawal proses demokrasi.
Acara dibuka dengan penampilan puisi bertema Demokrasi oleh Hendrix Kurniawan, mahasiswa Fakultas Syariah, yang menggambarkan kondisi demokrasi di Indonesia. Pembacaan tilawah Al-Qur’an oleh Yaasin Ilham Majid juga turut mengiringi suasana pembukaan.
Ketua Panitia, M. Maliki, dalam sambutannya menyampaikan bahwa seminar ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa berperan aktif dalam memantau jalannya pemilu, mencegah praktik-praktik kecurangan, serta melahirkan lembaga pengawasan tingkat nasional.
Sementara itu, dalam sambutannya Dr. Sidik, S.Ag., M.Ag. selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Syariah, menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai penguatan pendidikan demokrasi di lingkungan fakultas. Beliau juga menyinggung status akreditasi unggul yang berhasil diraih UIN Raden Mas Said Surakarta, termasuk tiga prodi di Fakultas Syariah yang sudah berakreditasi unggul.
Kepala Bawaslu Sukoharjo, yang juga hadir memberikan sambutan, mengapresiasi kerja sama dengan UIN Raden Mas Said Surakarta yang merupakan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) pertama di Indonesia yang menjalin kerjasama. Beliau juga menyoroti peran strategis generasi Z, di mana 53% pengawas pemilu berasal dari kelompok ini, sebagai antisipasi pengawasan di masa depan. Beliau mengingatkan tentang pentingnya literasi digital di tengah pesatnya perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang dapat memengaruhi kebenaran informasi.
Inti acara diisi oleh dua narasumber utama. Bapak Totok Hariyono, S.H., Anggota Bawaslu RI, menegaskan bahwa demokrasi bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis, dan pemilu merupakan alat untuk mengukur keinginan rakyat. Beliau juga menyampaikan bahwa Bawaslu lahir dari gerakan mahasiswa, dan mahasiswa memiliki peran moral sebagai “komisaris” dalam sistem demokrasi.
Narasumber kedua, Bapak Dr. Bakhrul Amal, S.H., M.K.N., dosen Fakultas Syariah, menekankan perlunya literasi sebelum memahami demokrasi. Beliau juga berharap agar Kelas Sengketa ini tidak berhenti sebagai sebuah acara, melainkan dapat menghasilkan output yang konkret.
Acara diakhiri dengan sesi diskusi yang interaktif, di mana mahasiswa secara aktif bertanya tentang berbagai permasalahan dalam pengawasan pemilu. Diskusi ini memperkuat keyakinan bahwa kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat.
“Kalau kejahatan itu ada dan kita diam, maka kejahatan itu akan terus merajalela. Maka perlu pantauan,” ujar Bapak Totok Hariyono dalam menyampaikan pernyataan dalam penutupnya. Senada dengan itu, Bapak Bakhrul Amal menekankan pentingnya semangat anak muda untuk berani dan mampu menegakkan keadilan.
Seminar ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ardhika Huda Mahasiswa Fakultas Syariah, meninggalkan semangat baru bagi para peserta untuk terus mengawal dan berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi di Indonesia.(Din)