Hiburan Petani Jadi Warisan Budaya, Festival Sapi Brujul Probolinggo

Festival13
Mercusuar/DOk- Budaya Festival Sapi Brujul Probolinggo.

MERCUSUAR.CO, Probolinggo- Siang terik tak jadi penghalang para joki ini untuk mempersiapkan sapi andalan mereka. Beginilah hiruk pikuk suasana perhelatan festival Sapi Brujul yang jadi ajang keseruan masyarakat Probolinggo, Jawa Timur. Jika Madura punya Karapan Sapi, Probolinggo punya tradisi unik Sapi Brujul yang telah diakui sebagai warisan budaya. Keberadaannya memperkaya aset budaya tak benda di Indonesia.

Brujul sendiri bermakna alat pembajak tanah. Kini Sapi Brujul jadi tradisi perhelatan yang selalu dinantikan. Menjadi ikon kebanggaan secara turun temurun oleh masyarakat Probolinggo.

Siapa sangka, Sapi Brujul tercipta dari kebiasaan petani di Probolinggo saat mengolah sawah mereka. Saat sebelum adanya mesin pembajak sawah, petani di Indonesia menggunakan sapi atau kerbau. Kala senggang menjadi kesempatan mereka memanfaatkan sapi dan bajak untuk mengisi waktu luang. Bersenang-senang adu cepat balap sapi melintasi pematang sawah berlumpur menjelang masa tanam padi.

Balapan atau Karapan Sapi Brujul begitu unik. Tak seperti Karapan Sapi Madura yang menggunakan sapi terlatih, Festival Sapi Brujul hanya menggunakan sapi ternak atau pembajak sawah. Terlihat sapi begitu bongsor, tubuhnya dipenuhi daging yang tebal. Meski begitu, jangan anggap remeh performa mereka saat menerjang lumpur di pematang sawah.

Cipratan airnya menimbulkan kesan unik saat berlari. Tak henti-hentinya sang joki mengibaskan cambuk di kedua sapi. Tidak lain untuk menyelaraskan laju kedua sapi sehingga mampu berlari kencang. Uniknya, lahan persawahan menjadi gembur berkat dilintasi Sapi Brujul saat berlangsungnya perlombaan. Lain halnya dengan Karapan Sapi yang digelar di tanah lapang yang kering.

Tiap tahunnya, atau tepatnya saat masa tanam padi tiba, tradisi Karapan Sapi Brujul selalu menyedot perhatian masyarakat. Seperti halnya perlombaan pada umumnya, setiap penonton punya jawaranya. Sorak-soraknya menambah keseruan gelaran Sapi Brujul khas Probolinggo.

Meski hanya sapi ternak biasa, sebelum bertanding sapi-sapi ini diperlakukan secara manja. Bahkan sapi-sapi ini dipijat kaki dan tubuhnya untuk melenturkan otot-ototnya. Dedaunan segar selalu diberikan demi menunjang kesehatan sang sapi.

Tak hanya itu, sapi juga diberikan ramuan khusus untuk meningkatkan stamina saat di medan laga. Ramuan ini biasanya terdiri jamu tradisional dari dedaunan khusus hingga telur ayam mentah. Tak ada aksesori tambahan selain sebuah mahkota dari kain di kepala sapi, yang juga sebagai identitas sapi.

Tiap pasang sapi berlomba dengan pasangan sapi lainnya. Beradu kecepatan menerjang lumpur yang dalamnya melebihi betis orang dewasa. Panjang lintasannya bahkan mencapai lebih dari 1000 meter.
Setidaknya ada 60 peserta yang mengikuti festival Sapi Brujul. Hanya pemain yang mampu mencapai garis finishlah yang berhak mendapatkan gelar juara.

Tahapan demi tahapan babak penyisihan melahirkan juara final. Tentu saja, hadiah utama dari pemerintah setempat yang menjadi iming-iming peserta selain melestarikan tradisi Sapi Brujul di Probolinggo.

Sapi yang telah menyabet gelar juara final diarak ke tengah pematang sawah. Para penontonnya larut dalam kegembiraan. Diiringi dengan lantunan musik tradisional, mereka mengarak sapi sambil berjoget ria.

Tak semua pesertanya murni dari petani, bahkan selepas pensiun bertani mereka masih mengikuti tradisi. Tak heran, selama 2 hari bertutut-turut festival Karapan Sapi Brujul digelar.

Sapi Brujul keberadaanya sudah ada sejak 1981 silam. Tradisi turun-temurun ini menjadi kebanggaan Kota Probolinggo. Bahkan pesertanya ada yang berdatangan dari Kabupaten Jember, Pasuruan dan Lumajang.

Pos terkait