Grebeg Sura Peringatan Tahun Baru Hijriah dan Saka Desa Panunggalan Dibuka dengan Pagelaran Lomba Karawitan

IMG 20250719 WA0040

MERCUSUAR.CO, PURBALINGGA – Group karawitan dari sejumlah sekolah tingkat dasar atau ibtidaiyah hingga menengah atau aliyah mengikuti Lomba Karawitan di desa Panunggalan, Kecamatan Pengadegan, Sabtu, (19/72025). Lomba berlangsung di halaman balaidesa Panunggalan tersebut menandai dibukanya pagelaran budaya Grebeg Sura Peringatan Tahun Baru Mukharom 1447 H, atau 1555 tahun Saka di Desa Panunggalan.

Camat Pengadegan, Widodo Nugroho, yang turut hadir menyaksikan perhelatan budaya tersebut mengatakan, kegiatan budaya yang berlangsung dua hari, yakni hari Sabtu dan Minggu (19-20/7/2025) tersebut merupakan wujud nyata dari komitmen pemerintah dengan masyarakat bersama untuk melestarikan seni budaya tradisional, khususnya karawitan, sebagai warisan leluhur yang harus dijaga dan dikembangkan.

“Kepada para peserta, saya ucapkan selamat bertanding. Lomba ini bukan hanya tentang memenangkan hadiah, tetapi juga tentang menanamkan kecintaan terhadap seni budaya Jawa, mempererat tali silaturahmi, dan membangun kreativitas generasi muda,” ungkapnya.

Ia berujar, bahwa seni tradisional Karawitan adalah cerminan jiwa seni yang kaya akan nilai-nilai luhur, seperti kepekaan, kerja sama, dan harmoni. Saya berharap, melalui lomba ini, kalian dapat menunjukkan bakat terbaik, menjaga sportivitas, dan menghormati satu sama lain.

“Kepada para guru, pelatih, dan panitia, saya sampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas kerja keras dalam mempersiapkan acara ini. Dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat Desa Panunggalan, menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini,” ujarnya.

Ia juga berharap, semoga Grebeg Desa Panunggalan tahun ini dapat memperkuat identitas budaya kita dan menjadi ajang yang membawa kebahagiaan serta kebanggaan bagi kita semua.

KRT. Sutama, selaku ketua dewan juri mengungkapkan, secara umum semua peserta telah menampilkan permainan musik Karawitan dengan baik. Namun menurutnya, masih banyak peserta yang baru pada tingkat menabuh, belum sampai pada rasa. Belum mampu membangun harmoni yang sesuai keinginan.

“Secara umum semua peserta sudah tampil dengan baik. Namun masih banyak yang perlu ditingkatkan agar menyentuh hingga ke rasa,” ungkapnya.

Menurut Sutama, musik bukan sekedar permainan alat yang cukup ditabuh, dibunyikan, tapi juga harus bisa menguasai rasa agar bisa didengar dengan harmoni yang sesuai. Namun begitu, Sutama sangat mengapresiasi kehadiran para peserta yang sudah berani menampilkan kemampuannya dalam memainkan alat musik Karawitan yang banyak jenisnya, tidak seperti alat musik modern.

“Mereka sudah berani memainkan atau menabuh saja sudah luar biasa. Apalagi di era digital yang sudah banyak meminggirkan musik-musik tradisional, Kehadiran anak-anak muda di ramah tradisional dan kebudayaan menjadi nilai positif yang baik sekali,” ujarnya.

Ia berharap, jika ada lagi hal yang sama, seperti lomba Karawitan, sebaiknya peserta diberi kesempatan waktu untuk berlatih yang lebih laima. Tujuannya agar mereka yang hendak mengikuti lomba mampu membangun harmoni antar alat musik satu dengan lainnya, dan harmoni antara musik dengan vokalnya.

“Tadi masih ada beberapa yang kurang selaras antara alat musik satu dengan lainnya. Bahkan ada yang antara musik dengan vokalnya belur sebanding audionya. Musiknya kenceng, vokalnya rendah, kan ga enak didenger,” pungkasnya.

Lomba Karawitan tersebut diikuti oleh sekolah tingkat SD/MI, Campur dan SMA/SMK. Berikut daftar pemenangnya.

Juara 1 SMA Negeri 1 Purbalingga
Juara 2 SMK YPLP Perwira 2 Purbalingga
Juara 3 Sanggar Umah Wayang Kemukusan
Harapan 1 SMK Negeri 1 Purbalingga
Harapan 2 SMA Negeri 1 Padamara
Harapan 3 SMA Negeri 1 Bobotsari

Kategori SD/MI
Juara 1. MI Panunggalan (Peserta tunggal). (Angga)

Pos terkait