Temu Usaha Agribisnis Tembakau, Mencari Formula Jitu Tata Niaga Tembakau Purworejo

3da744d3 369c 4d2c a8d3 0e037a812510

MERCUSUAR, Purworejo-Serangkaian kegiatan telah dilakukan dalam Sekolah Lapang Tembakau, yang mana program pelatihan ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani tembakau. Sebagai kegiatan lanjutan yakni Temu Usaha Agribisnis Tembakau Se-Purworejo di gelar di Hotel Sanjaya Iin Purworejo, Kamis (23 Oktober) diikuti sekitar 100 peserta yang terdiri dari 11 kelompok plus tenaga penyuluh dari 8 kecamatan.
Mereka yang telah mengenal budi daya tanam tembakau dari proses awal sampai akhir, dipertemukan untuk diajak sharing dalam acara ini. Saat awal musim penghujan tiba, muncul berbagai kendala, seperti treatment hasil panen tembakau. Saat musim penghujan bagaimana tips and tricks untuk tetap menghasilkan mutu terbaik, juga strategi marketing untuk meningkatkan daya jual tembakau.
Dua pembicara yang hadir dalam acara ini, yakni Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Purworejo, Mulyanto dan Kepala UPT Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (PLUT KUMKM) Purworejo, Hari Sukoco, SE.
PLUT KUMKM menjadi lembaga yang membantu para petani tembakau mulai dari produksi, kelembagaan, perizinan dan pengawasan, termasuk soal sertifikasi halal dan mengurus Nomor Induk Berusaha (NIB) yang merupakan identitas resmi bagi pelaku usaha di Indonesia secara legal.
Tata niaga tembakau lokal di Purworejo melibatkan berbagai pihak termasuk petani, pedagang dan pemerintah. Petani sebagai produsen tembakau dari menanam dan memanen lalu dijual kepada pedagang atau pabrik rokok kadang menghadapi tantangan klasik, seperti harga yang tak stabil dan kurangnya transparansi harga.
Di sinilah peran pemerintah daerah sangat penting dalam mengatur tata niaga tembakau, termasuk memberikan izin usaha, mengawasi mutu dan menerapkan harga minimum tembakau. Munculnya praktik ilegal menjadi tantangan tersendiri buat pemerintah untuk tetap mensejahterakan para petani tembakau.
“Kemitraan antara petani dan industri rokok dapat membantu meningkatkan kesejahteraan petani dengan memberikan akses pasar yang lebih baik
dan harga yang lebih stabil.” kata Hari Sukoco dalam presentasinya.
Petani mendapatkan manfaat dari kemitraan di atas yakni potensi akses pasar lebih luas, harga yang stabil dan trasparan, mendapatkan dukungan teknis dan pelatihan, serta pengurangan resiko bisnis.
Secara mutual, indrustri rokok selalu mendapatkan tembakau yang konsisten, kualitas nya yang terjamin, punya hubungan jangka panjang dengan petani dan terjamin efesiensi rantai pasokan.
Dalam beberapa tahun terakhir, industri tembakau di Indonesia menghadapi tantangan signifikan termasuk kenaikan cukai hasil tembakau, yang dapat mempengaruhi harga jual tembakau dan pendapatan petani. Oleh karena itu perlu policy yang pro pada kesejahteraan petani dan industri tembakau.
Menurut Kabid Prasarana dan Penyuluhan Pertanian Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Purworejo, Arie Sulistyani, S.TP, M.P, dari dialog dalam acara ini, tembakau Purworejo punya potensi dan daya jual yang cukup bagus.
“Tadi kita dengar harga per kilo bisa mencapai Rp. 200.000 itupun habis dibeli perusahaan lokal!” kata Arie kepada Mercusuar.co.
Pemkab terus mendorong para petani tembakau untuk tampil menjadi petani yang smart punya daya tawar yang tinggi demi kesejahteraan mereka. Eksistensi tembakau di Purworejo cukup unik, dari potensi lahan yang ada 2000 ha hanya 500 ha yang tetap konsisten dengan tembakau, sisanya dengan palawija dan hortikultura. Petani tembakau yang eksis pun merupakan warisan turun temurun dari kakek dan orang tua kepada anak cucu sejak jaman kolonial dan tersebar di beberapa tempat sentra tembakau seperti di desa Pacekelan.
Dari acara inipun muncul beberapa ide unik yang local wisdom banget saat bicara soal perlakuan terhadap tembakau.
“Diungkapkan salah seorang peserta, kalau pulang dari layat atau takziah tak boleh pegang tembakau, biasanya tembakaunya bisa menurun mutunya atau busuk, juga menaruh Dlingo Bengle (tanaman herbal) saat menyimpan tembakau yang dipercaya akan menjaga kualitasnya.” tambah Ari.
Tembakau dipercaya sebagian masyarakat adalah produk suci pertanian yang harus terjaga kebersihannya.
Acara ini dibiayai dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) Kabupaten Purworejo 2025.

“Harapan kami, tembakau yang dihasilkan para petani di Purworejo bisa punya daya jual yang menguntungkan, terserap pasar dengan baik, dan para petani makin paham mutu yang seperti apa yang dibutuhkan pasar, acara ini juga menjadi forum komunikasi, sharing dan silaturahmi.” kata Wiyoto Harjono, S.T, Plt. Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Purworejo.(agam)

Pos terkait