Bumi Angker Pengkol, Jejak Sejarah dan Misteri Petilasan Pangeran Kajoran

Bumi Angker Pengkol Wonogiri
Bumi Angker Pengkol Wonogiri

MERCUSUAR.CO, Wonogiri – Kawasan Bumi Angker di Desa Pengkol, Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, tidak hanya dikenal sebagai tempat yang angker tetapi juga menyimpan kisah sejarah yang menarik. Daerah ini diyakini sebagai petilasan Pangeran Kajoran, putra raja dari Keraton Surakarta Hadiningrat.

Sularto, Kepala Desa Pengkol dan sesepuh setempat, menceritakan bahwa Bumi Angker memiliki sejarah yang bermula dari kedatangan Mbah Kajoran ke wilayah desa tersebut. Nama Bumi Angker sendiri ternyata memiliki asal-usul yang terkait erat dengan Mbah Kajoran.

Bacaan Lainnya

Menurut cerita yang diteruskan dari nenek moyang, pada masa penjajahan Belanda, Pangeran Kajoran menolak bekerja sama dengan penjajah. Akibatnya, ia memutuskan untuk meninggalkan keraton dan menjelajahi Pulau Jawa.

“Dalam perjalanan, Mbah Kajoran singgah di Pengkol. Tetapi pada waktu itu, Desa Pengkol belum memiliki nama,” ungkap Sularto dilangsir dari detik pada Jumat(1/12/2023).

Sularto menyatakan bahwa belum ada yang dapat memastikan kapan tepatnya Mbah Kajoran tiba di Pengkol. Kemungkinan, kedatangan Mbah Kajoran bersama para wali saat berkunjung ke Wonogiri.

Petilasan Mbah Kajoran, yang masih dapat dilihat saat ini berupa makam, rumah (meski tidak sempurna), dan sebidang tanah seluas 600 meter persegi, terletak dekat dengan makam Mbah Kajoran.

Sementara itu, kawasan Bumi Angker mencakup wilayah Dusun Pengkol dan Dusun Wates dengan luas sekitar 15 hektare, termasuk persawahan dan permukiman.

“Sebelum adanya Desa Pengkol atau setelah Desa Pengkol menjadi desa, petilasan Mbah Kajoran sudah ada. Mbah saya pun dulu tidak tahu kapan rumah (Mbah Kajoran) dibangun. Tiba-tiba sudah ada seperti rumah tiban,” tambahnya.

Perjalanan Mbah Kajoran, menurut Sularto, didasari oleh niat baik untuk negeri ini. Ia menolak bekerja sama dengan penjajah dan akhirnya memberikan sabda dan sumpah kepada mereka.

“Pada intinya, sabda itu berbunyi ‘Kalau suatu saat dia (penjajah) menginjak kaki di sini akan menerima walat’. Walat itu tidak selamat dan sebagainya,” jelas Sularto.

Sularto menjelaskan bahwa seseorang yang berkunjung ke Bumi Angker Pengkol dengan niat baik dan mendoakan Mbah Kajoran akan selamat. Namun, bagi yang berniat buruk, mungkin tidak akan sampai tujuan atau bahkan mengalami musibah.

“Sudah dilewati beberapa kali tidak juga ketemu. Kemudian ketemu orang di jalan dan ditunjukkan baru tahu. Itu sampai pagi baru sampai rumahnya,” cerita Sularto tentang warga dari Solo yang mencari rumah istrinya di Kajoran tetapi tak kunjung ketemu.

Sularto menceritakan bahwa pada zaman penjajahan, pasukan Belanda melewati Bumi Angker, tepatnya di Dusun Wates. Orang Belanda itu melewati sawah, padahal ada jalan. Pasukan itu terus berputar dan tidak bisa masuk ke Pengkol.

“Penamaan Bumi Angker dilakukan karena sabda (sumpah) dari Mbah Kajoran. Karena sabda tersebut, Bumi Angker (daerah yang terkena sumpah) terbentuk,” kata Sularto.

Pos terkait