UGM Pasang 10 Sistem Peringatan Dini Gempa di Pesisir Pulau Jawa

ugm pasang ews
Mercusuar/Dok -Peneliti gempa dari UGM Prof Ir Sunarno MEng PhD

MERCUSUAR.CO, Yogyakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) belum lama ini menyampaikan hasil pemodelan gempa bumi dan tsunami yang kemungkinan bisa terjadi di Jawa Timur.

Pantai selatan provinsi tersebut potensial terguncang gempa dengan magnitudo 8,7 bahkan dengan ancaman ketinggian gelombang tsunami mencapai 29 meter.

Potensi gempa dan tsunami yang dihitung berdasarkan data-data dan sejarah gempa di pesisir selatanJawa yang pernah terjadi di masa lalu.

Melihat potensi ancaman tersebut, peneliti gempa dari UGM Prof Ir Sunarno MEng PhD melakukan langkah antisipasi memasang sepuluh stasiun pemantau gempa di sepanjang pesisir pulau Jawa untuk memprediksi gempa tiga hari sebelum kejadian sehingga bisa dilakukan mitigasi bencana. peneliti gempa dari UGM Prof Ir Sunarno MEng PhD

”Saat ini kami sedang membuat sepuluh modul stasiun pemantau EWS gempa, yang akan kami pasang sepanjang pulau Jawa sisi Selatan, untuk pengembangan algoritma triangulasi pusat gempa,” ungkap Sunarno, di kampusnya, kemarin.

Alat EWS yang dipasang selain bisa memprediksi kejadian gempa juga dapat memperhitungkan prediksi lokasi pusat gempa.

Ia menjelaskan alat EWS sekarang dalam tahap pengembangan selain perbaikan penyempurnaan teknologi. Tim juga sedang dalam proses pengembangan algoritma penentuan pusat gempa yang akan terjadi.

Lima Menit

Setiap stasiun EWS mengukur tiap lima menit perubahan permukaan air sumur dan paparan gas radon alam.

Kepekaan alat tersebut hanya dapat memonitor kejadian gempa di atas 4,5 SR antara Aceh hingga NTT untuk lempengan Indo-Australia. Menurutnya, untuk dapat memantau di daerah dengan lempengan lain, harus dipasang stasiun EWS di lokasi yang dipantau.

EWS tersusun dari sejumlah komponen seperti detektor perubahan level air tanah dan gas radon, pengkondisi sinyal, kontroler, penyimpan data, sumber daya listrik. Alat ini juga memanfaatkan teknologi internet of thing (IoT) di dalamnya,” imbuh Sunarno.

Mekanisme kerja ketika memprediksi gempa berdasarkan perbedaan konsentrasi gas radon dan level air tanah yang merupakan anomali alam sebelum terjadinya gempa bumi Apabila akan terjadi gempa di lempengan, muncul fenomena paparan gas radon alam dari tanah yang meningkat, demikian juga permukaan air tanah bakal naik-turun.

Pos terkait