Mercusuar.co, Wonosobo – Pesan moral ajakan untuk selalu menjaga marwah insan pers yang profesinal dan proporsional disampaikan para wartawan senior seperti H Sudarman dan Bambang Hengky (Baheng) dalam acara Bincang Santai Hari Pers Nasional (HPN) 2023 sekaligus menyambut HUT Ke 73 Suara Merdeka di Markas Suara Merdeka Jalan Veteran No.30 Kabupaten Wonosobo, Kamis (9/2/2023).
Selain menghadirkan dua wartawan senior era 70an dan 80an, obrolan ringan dipandu Ketua PWI Wonosobo Edy Purnomo ini juga menghadirkan eks pejabat Humas Pemda Eko Suryantoro dan eks Humas Polres Wonosobo AKP Slamet Prihatin bersama AKP Wandi.
Obrolan penuh nuansa romantisme seputar pengalaman wartawan di masa lampau yang penuh dinamika dan perjuangan ini, hendaknya bisa menjadi motivasi bagi wartawan-wartawan muda yang di era modern saat ini telah dimanjakan dengan berbagai kemudahan dukungan tekhnologi informasi yang berkembang sangat cepat dan pesat.
Seperti disampaikan H Sudarman yang sudah menjadi wartawan sejak era akhir 70-an. Berbagai pengalaman pun diceritakan dengan sesekali menghela nafas panjang mengingat betapa sulit dan penuh perjuangannya ketika menjadi wartawan di Harian Suara Merdeka. Semuanya masih serba manual. Bahkan untuk sekedar mengirim foto saja, ia harus mencetak terlebih dahulu di tempat cuci-cetak, baru selanjutnya mengirimkan ke redaksi via bus jurusan Wonosobo-Semarang.
“Pernah ketika meliput kebakaran pertama Pasar Induk Wonosobo. Waktu itu kejadiannya malam, sudah berjibaku cape-cape mengambil foto, setelah itu ketika mau cuci cetak foto, tokonya sudah tutup. Terpaksa foto tidak bisa dikirim. Sedikit kecewa, tetapi begitulah dunia wartawan dan saya tetap semangat dan menikmatinya,” ungkap Sudarman yang tahun ini genap berusia 69 tahun.
Cerita tak kalah seru disampaikan Baheng, eks wartawan RCTI angkatan pertama yang menjadi kontributor di daerah. Banyak suka dukanya, mulai dari ketatnya aparat keamanan terhadap jurnalis, seperti muncul intimidasi, sampai-sampai harus melaporkan terlebih dahulu sebelum berita ditayangkan. Belum lagi sebagai jurnalis juga dituntut bekerja profesional terutama berupaya menjaga kedekatan dengan pejabat namun tetap kritis.
Sekarang eranya sudah jauh berbeda. Bagi Baheng yang kini usianya menginjak 65 tahun dan masih menekuni dunia jurnalistik di media online Mercusuar.co dibawah naungan PT Mercusuar Media Utama, menjadi wartawan di era saat ini sungguh dimanjakan dengan tekhnologi informasi yang sangat maju. Bahkan untuk sekedar mendapatkan berita-berita bersifat seremoni, bisa lewat rillis dari dinas/instansi bersangkutan.
Satu pesan Baheng, tetap junjung tinggi profesionalisme sebagai wartawan. Menurutnya, jadi wartawan jangan bermimpi untuk kaya raya. Hidup cukup saja sudah bersyukur. “Kalau ingin kaya ya jadi pengusaha saja,” ujarnya berkelakar.
Setelah panjang lebar bernostalgia dengan cerita-cerita menjadi wartawan tempo dulu, H Sudarman dan Bambang Hengky pun berpesan agar wartawan-wartawan muda tetap profesional dan proporsional dalam menjalankan profesi sebagai wartawan, baik cetak, online, maupun elektronik.
Pesan tak kalah penting adalah berupaya menjaga kedekatan dengan para pejabat sebagai mitra. Jangan terlalu dekat, tetapi juga jangan terlalu jauh. Harus tetap jaga jarak agar bisa menjaga wibawa masing-masing. Sajikan berita yang santun namun tetap kritis sesuai kode etik jurnalistik. Pihaknya juga mendukung adanya kompetensi bagi wartawan, sehingga ketika melakukan peliputan sampai menyajikan berita bisa benar-benar profesional sesuai kaidah-kaidah jurnalistik. Sekali lagi selamat HPN, semoga pers tetap jaya sebagai pilar ke empat dalam mengawal demokrasi di negeri tercinta ini. (*)