Desa Jojogan Menemukan Teknologi Pembakar Sampah Apsonic

10eapsonic2 wsb edy
Apsonic

Mercusuar.co, Wonosobo – Teknologi tepat guna bernama Apsonic atau alat pembakar sampah organik dan anorganik dikembangkangkan warga desa Jojogan kecamatan Kejajar. Alat ini sangat efektif untuk mengolah sampah di desa dan menghemat anggaran desa hingga Rp 40 juta setiap tahunnya.

Alat ini awalnya dikembangkan oleh warga setempat mengingat sudah kesulitan mengatasi sampah yang tiap hari mengalami peningkatan kapasitas. Hal ini seperti yang diakui kepala desa Jojogan Nadhiratun Munawaroh. Menurut dia sudah berbagai cara dilakukan untuk mengatasi masalah persampahan didesanya antara lain melalui pelatihan-pelatihan pengolahan sampah. Pelatihan digelar termasuk bagaimana cara mengolah sampah di desa agar ideal terutama pelatihan pengolahan sampah plastik agar terurai dengan baik. “Sebelum memiliki alat pembakar sampah kami kesulitan sampah-sampah di desa ini akan dibawa kemana. Tiap tahun kami anggarkan sekitar Rp 40 juta hanya untuk membuang sampah ke TPA Wonorejo,” katanya.

Upaya menemukan solusi, imbuhnya, saat dia dan sejumlah warga mencoba mengembangkan teknologi pembakar sampah yang dimodifikasi sesuai kebutuhan. Nadhiratun menyampaikan alat tersebut meskipun belum sempurna saat ini sudah mampu menopang pengolahan sampah didesanya. Selain menekan anggaran pembuangan sampah, dia mengatakan Apsonic juga mendukung upaya peraturan pemerintah yang dimana pembuangan sampah ke TPA dikurangi hingga 50 persen dari kapasitas sebelumnya.

“Di TPA Wonorejo ada peraturan pembunagan dikurangi sampai 50 persen. Jadi kami berupaya dengan warga untuk mencari solusi agar tidak lagi membuang sampah ke TPA Wonorejo,” paparnya.

Pembuat alat Apsonic asal desa Jojogan, Sukoco mengatakan pembuatan teknologi tepat guna ini agar masyarakat tidak membakar sampah atau membuang ke sungai. Dikatakan dengan Apsonic maka tidak akan meninggalkan residu sampah lagi di desanya.

Menurut Sukoco dalam pengoperasiannya, proses awalnya menunggu sampah dari warga yang berasal dari sejumlah dusun. Sambil menunggu pasokan sampah, dia menyiapkan oli untuk dipanasi dan ditaruh air ke ketel penguapan untuk menghasilkan dan mendorong api lebih besar. ‘”Untuk menghasilkan pembakaran maksimal kami menggunakan pemicu sampah kering,” ujarnya.

Dalam seminggu, menurut Sukoco sekitar 4 ton sampah yang diproses menggunakan alat pembakaran karyanya. Sukoco yang sehari-hari bekerja menjadi tenaga instalasi listrik didesanya tersebut berharap alat bekerja efektif dna warga tidak lagi membuang sampah ke sungai. Alat yang disiapkan di desa Jojogan saat ini ada 4 unit dan sudah ada petugas pembakaran tersendiri sehingga tinggal membakar sampah jenis apa yang diberikan warga untuk dipilah menggunakan prosedur.

Kepala Dinas Sosial dan Pemberdayaan Desa Kabupaten Wonosobo Harti menyampaikan inovasi warga desa Jojogan Kejajar diharapkan menjadi contoh desa mandiri sampah yang mampu mengurangi beban sampah di Wonosobo. Menurut dia alat pembakar sampah organik dan anorganik yang diberi nama Apsonic ini sangat mudah dan harganya terjangkau sekaligus menjadi contoh desa lain untuk melakukan inovasi.

Kepala Bidang Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Wonosobo Retna Widayanti menyampaikan hingga akhir tahun 2022 lalu ada sebanyak 106 desa dan kelurahan yang membuang sampah ke TPA Wonorejo sehingga kapasitas TPA overload. Saat ini sekitar 130 ton hingga 135 ton per hari sampah yang dibuang ke TPA sehingga sudah darurat sampah. Menurut Retna terobosan desa Jojogan Kejajar sangat baik dan tepat untuk mengurangi penumpukan sampah yang terpusat di TPA.(mag)

Pos terkait