Mercusuar.co, Purbalingga – Menjadi wisudawan dengan predikat cumlaude, dengan indek prestasi tertinggi, dengan waktu yang cepat, menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap mahasiswa dalam berkeinginan. Namun begitu, tidak serta merta keinginan tersebut mudah untuk dibuktikan oleh setiap mahasiswa.
Devia Shinta Mulia Asih, sarjana Management Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Jendral Soedirman (Unsoed), anak kedua pasangan Yudia Patriana dan Titin Werdaningsih ini berhasil membuat pengecualian. Ia mampu membuktikan, keinginan menjadi terbaik di kampusnya terbayarkan sudah dengan raihan IPK 3,97 dan waktu tempuh kuliah yang extra cepat, 6 semester selesai (3,4 tahun), sebuah prestasi yang membuat dirinya dinobatkan sebagai salah satu wisudawan terbaik pada perhelatan wisuda sarjana Unsoed ke 148, Selasa (14/3/2023).
Terkait prestasinya Devia Shinta Mulia Asih atau mudah dipanggil dengan sebutan Opieyang tinggal Jalan Bima V Perumahan Griya Abdi Negara Bojanegara Purbalingga, justru mengaku tidak terkejut dengan pencapaian tersebut, baginya puncak gunung pasti terdaki, jika prosedur pendakiannya dilakukan dengan baik.
“Dari pertama masuk kuliah, semester satu saya sudah becita-cita menjadi yang terbaik. Alasannya sederhana, saya ingin nama ayah saya disebutkan saat saya diwisuda. Tapi disebutkan dengan rasa bangga,” tutur Opie pada Mercusuar.co saat ditemui di rumahnya.
Pun begitu, ia sangat mengakui, untuk menciptakan hal demikian bukanlah hal yang mudah. Ia harus berhadapan dengan banyak keinginan yang menggodanya, tapi harus berusaha untuk tetap fokus pada keinginan awal tersebut.
“Saya akui, saya bukan mahasiswa yang bertipe lempeng. Bukan mahasiswa yang duduk manis di hadapan hamparan tugas kampus yang terus menerus harus menekuninya dengan tertib. Saya justru mencoba mendekonstruksi arahan ayah saya, yang fokus kuliah, jangan banyak kegiatan di luar. Saya balik sistem itu, saya jempalitan dulu di luar, perbanyak kegiatan, bahkan saya coba bekerja untuk mencr tambahan uang saku, walau tetap konsen urusan kampus,” terangnya.
Rupanya, Opie disamping belajar mata kuliah dengan baik, tapi juga banyak kegiatan-kegiatan kampus yang dijalani. Bahkan di saat ia merasakan kejumudan sebagaimana pelajar dan mahasiswa lainya dikala apa yang disebut pandemi Covid-19 menjadi dunia pendidikan gonjang-ganjing, Opie memberanikan diri kekaur dari zona nyaman. Ia masuk pada dunia bisnis digital, menjadi seorang trader sebagaimana beberapa masahasiswa yang lain.
“Saya memasuki ruang bisnis yang menurut saya tidak diajarkan di kampus saya. Tapi saya menikmati,” ujarnya.
Berbeda dengan pandangan Yudia Patriana, sebagai orang tua tentunya menginginkan semua anaknya sukses, termasuk kepada Opie. Ia mengaku sedikit khawatir dengan sikap anak keduanya ini, terlalu banyak kegiatan di luar yang menyita waktunya.
Maka tidak tinggal diam, selalu memberikan arahan. Dengan menampilkan berbagai ilustrasi tentang kehidupan, ia sondingkan sebagai gambaran logika. Karena apapun yang dilakukan anak tentunya telah menjadi masa lalu dirinya.
“Sebenarnya bukan tidak tahu apa yang dilakukan anak. Tapi semua sebenarnya sudah menjadi masa lalu, hanya saja berbeda jaman. Tapi sebagai orang tua tetap harus khawatir, apalagi dia perempuan,” tuturnya.
Yudia sendiri juga bukan orang kamar, justru lebih banyak kegiatan di luar. Sebagai aktivis kampus Unsoed di tahun 90an ia mengaku lebih liar, tak banyak memabngun karakter hidup di luar kampus. Sisa-sisa petualangan di masa mudanya juga masih kentara, sampai hari ini ide-ide liarnya masih kentara.
“Banyak peristiwa absurd dinkuar sana yang saya saksikan, itu yang menjadikan saya tetap posesif terhadap anak-anak saya,” ujarnya.
Tapi ia juga mengakui tidak semua saran yang ia berikan pada Opie diterima dengan baik. Menurutnya Opie selalu kuat untuk mempertahankan prinsip, sehingga berkesan membantah. Ia pun ahirnya harus memahami bahwa anak-anaknya pasti akan membuktikan apa yang mereka pegang kuat sebagai prinsip.
“Alhamdulillah, anaku bisa membuktikan apa yang selama ini mereka pertahankan. Saya bangga, apalagi Opie yang ternyata mampu membuat target 6 semester selain dengan nilai yang luar biasa,” ucapnya.
Wisuda yang bertajuk “Sidang Terbuka Senat Wisuda Doktor ke-19, Pascasarjana ke-80, Profesi ke-63, Sarjana Ke-148, Diploma Tiga ke-127 Universitas Jenderal Soedirman”, bertempat di Auditorium Graha Widyatama Prof. Rubijanto Misman Unsoed, Selasa (24/3/2023)
Wisudawan terdiri dari 5 Doktor, 109 Magister, 101 orang dengan sebutan professional, 979 sarjana, dan 58 Ahli Madya. Dari jumlah tersebut 439 orang diantaranya dinyatakan lulus dengan pujian atau cumlaude. Salahsatunya adalah Devia Shinta Mulia Asih, S-1 Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsoed sebagai lulusan terbaik dengan masa studi 3 tahun 4 bulan dengan IPK 3,97.
Adapun wisudawan Fakultas Pertanian sejumlah 113 wisudawan, Fakultas Biologi 31 wisudawan, Fakultas Ekonomi & Bisnis sejumlah 191 wisudawan, Fakultas Peternakan 71 wisudawan, Fakultas Hukum 118 wisudawan, Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik 112 wisudawan, Fakultas Kedokteran 127 wisudawan, Fakultas Teknik 66 wisudawan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan 215 wisudawan, Fakultas Ilmu Budaya 91 wisudawan, Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam 61 wisudawan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan 39 wisudawan, dan Program Pascasarjana (Ilmu Lingkungan, Agribisnis, dan Penyuluh Pertanian) 11 wisudawan.(Angga)