Sejarah Penetapan Hari Jadi Banjarnegara

IMG 20230226 WA0008

Mercusuar.co, Banjarnegara – Ketua Pansus Perubahan Hari Jadi dan Logo Daerah DPRD Banjarnegara Agus Junaedi dalam acara Malam Tirakat Hari Jadi Banjarnegara ke 452, di Pendopo Dipayudha Adigraha, Sabtu (25/2/2023) mengatakan, Hari Jadi Banjarnegara yang lama, 22 Agustus 1831, mengandung anomali, karena satu sisi kita mengakui Diponegoro sebagai Pahlawan Nasional, namun sisi lain kita juga mengakui pengangkatan Dipayudha IV oleh Belanda sebagai Bupati Banjarnegara atas jasanya ikut membantu Belanda melawan Diponegoro.

“Karena itu, berdasarkan aspirasi masyarakat, DPRD mengkaji dan menghasilkan Perda Perubahan Hari Jadi yang diikuti Perda Perubahan Logo Daerah. Semua itu kita harapkan menumbuhkan nasionalisme dan patriotisme masyarakat,” kata Agus saat memberikan sambutan pada malam tirakatan hari jadi Kabupaten Banjarnegara ke-452 di pendapa Dipayudha.

Bacaan Lainnya

Agus menambahkan, dengan Hari Jadi Banjarnegara yang baru 26 Februari 1571, maka eksistensi bupati-bupati terdahulu sejak Banjar Petambakan berdiri diakui dan patut diteladani.

“Pada saat Geger Perang Pracina, bahkan Bupati Banjar Petambakan Mangunyudha gugur di benteng VOC di Kartosuro sehingga beliau dijuluki Mangunyudha Seda Loji. Sebuah patriotisme yang tidak dimiliki semua bupati saat itu,” tambahnya.

Selain itu, imbuh Agus, perayaan Hari Jadi Banjarnegara juga waktu yang tepat untuk merefleksikan sikap Jaka Kaiman atau Adipati Mrapat yang rela membagi kekuasaan dengan membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat, termasuk Banjar Petambakan sebagai cikal bakal Banjarnegara, karena ia sadar diri bahwa ia hanya anak menantu dari Wargo Hutomo sehingga ia meminta kepada Sultan Hadiwijaya atau Jaka Tingkir untuk membagi Wirasaba menjadi empat.

“Sebuah sikap yang saat ini jarang kita temui. Yang ada justru ingin berkuasa sendiri dan selama-lamanya,” pungkasnya.(ahr)

Pos terkait