Didesak Kebutuhan, Rokhayah Banting Setir dari Ibu Rumah Tangga Jadi Pengusaha Kuliner

IMG 20221210 144234

Mercusuar.co, Purbalingga – Tuntutan hidup dengan kebutuhan yang harus disegerakan untuk dilayani, menjadikan orang berfikir keras untuk berbuat sesuatu yang bisa menjadikan kebutuhan itu terpenuhi. Sebagian orang akan berfikir bagaimana bisa mendapatkan pekerjaan, lalu menggantung pada upah dari pekerjaan tersebut. Lalu ada yang berfikir untuk membuat usaha, produksi barang dan dipasarkan. Lalu hidupnya berkembang lewat usaha tersebut.

Sebagaimana yang pernah beberapa tahun silam dialami Siti Rokhayah (53), warga Desa Cipaku, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga yang berusaha keras agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut, ia dirikan home industri kuliner.

“Yang jelas awalnya terdesak kebutuhan, anak-anak mulai besar dan sekolah, otomatis butuh biasa tidak sedikit. Apalagi anak saya sekolah sambil mondok, pasti biayanya dobel. Jadi saya berpikir bagaimana saya harus bisa usaha mencari kebutuhan tersebut,” ungkap Siti Rokhayah kepada Mercusuar.co di rumahnya, Sabtu (10/12/2022).

Kisahnya berawal dari kebun yang banyak ditumbuhi pohon pisang, suatu ketika buah-buah pisang dari beberapa pohon nampak tua, sebentar lagi masak. Siti Rokhayah merasa sayang jika buah-buah pisang tersebut hanya dikonsumsi sendiri, padahal buahnya banyak. Seandainya pisang itu dijual, hasilnya tidak seberapa. Dari situlah ia berfikir keras, bagaimana caranya agar pisang ini bisa jadi uang, tapi bukan menjual buahnya, melainkan olahannya.

IMG 20221210 175610 1
Sriping Pisang buatan Siti Rokhayah

Usaha yang dilakukan adalah mengolah pisang menjadi makan kering yang disebut “sriping pisang”, memanfaatkan buah pisang yang tumbuh di kebunnya agar bisa dijadikan usaha.

“Banyak sekali buah pisang di kebun, sayang kalau cuma dimakan sendiri. Jadi saya coba mengolah jadi seriping, ternyata ketika saya tawarkan ke orang-orang mereka mau beli. Dari situlah saya mulai punya tekad untuk menerjuni kuliner ini,” jelasnya.

Sekali produksi, barang terjual habis. Lalu produksi lagi, nasibnya masih sama, habis terjual. Lama-lama Rokhayah meyakinkan diri untuk menekuni profesi barunya sebagai pembuat sriping pisang.

Makin hari makin berkembang, olahan sriping pisang semakin banyak yang memesan. Rokhayah terus melebarkan sayap usahanya, satu persatu berbagai olahan makanan diolah dan disajikan kepada konsumen.

IMG 20221210 WA0040 1
Menu nasi rames buatan Siti Rokhayah.

“Lama-lama pikiran usaha saya makin menjadi-jadi, ingin membuat yang lain yang bisa dijual. Intinya yang penting bisa jadi duit mas,” ujarnya.

Setelah sriping pisang banyak pemesan, Rokhayah berinisiatif membuat manggleng singkong, nasib makanan kering ini ternyata sama, selalu ludes terjual. “Saya tidak menjual ke pasar mas, cuma melayani pesanan untuk hajatan, atau untuk oleh-oleh ke luar kota,” terangya.

Ide lain terpancing oleh orang yang bekerja di sebelah rumahnya dan selalu mencari warung makan. Hal ini membangkitkan minat Rokhayah untuk berjualan nasi rames. Ternyata masakan yang disajikan disukai konsumen, sehingga banyak warga sekitar yang berlangganan, maka jualan nasi rames berlanjut hingga sekarang.

“Saya tidak buka warung makan, karena yang beli makanan langsung menuju dapur dan makan di situ,” tuturnya.

Sedang menu yang menurutnya menjadi lauk utama adalah ayam goreng dan telor asin. Jadi setiap hari kedua menu tersebut pasti disediakan di dapurnya.

IMG 20221210 144838
NasibTumpeng, banya dipesan untuk selamatan dan hajatan.

“Saya ahirnya produksi telor asin sendiri, karena bukan saja untuk sajian makan di dapurnya, tapi juga terima pesanan,” lanjutnya.

Rokhayah memang tidak punya toko, tidak juga punya warung makan. Tapi setiap hari tidak berhenti produksi, karena pesanan dari berbagai konsumen tidak pernah berhenti. Walau dia melakukan semuanya dengan sendirian, tanpa karyawan, ia tetap giat dan semangat melayani pembeli dan pemesan.

“Tiap hari ada saja yang pesan catering, senek, makanan kering, bahkan nasi tumpeng untuk selamatan atau hajatan. Semua saya layani sendiri,” kilahnya.

Kisahnya sebagai penjual nasi rames bahkan pernah dirinya harus melayani konsumsi sebuah crew film yang sedang melakukan pengambilan gambar di lokasi yang berdekatan dengan rumahnya. Selam satu minggu rumahnya jadi warung makan crew film Detak, sekaligus kamarnya disewa untuk menginap beberapa orang dari crew tersebut.

“Dulu pernah tiap hari menyediakan makan crew film dari Jakarta yang sedang shoting di sini. Kalau ga salah film judulnya Detak. Satu Minggu saya melayani makan dan minum mereka,” kenangnya.(Angga)

Pos terkait