Hadiri Pelantikan DPD API Jateng, Gus Yasin: Kitab Suci Jadi Payung Besar Untuk Menyatukan

IMG 20220713 WA0135

Mercusuar.co, Semarang – Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menuturkan, satu ayat dalam kitab suci bisa ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang yang diambil, bisa karena menyesuaikan dengan situasi dan kondisi para jemaatnya.

“Saya percaya bahwa setiap gereja itu juga punya angan-angan yang dibentuk dari jemaat masing-masing. Dan itulah yang akhirnya menimbulkan cara sudut pandang. sesuai dengan keadaan jemaat, umatnya, pemeluknya, dan seterusnya. Dan (sudut pandang) itu juga tidak bisa dipaksakan ada di gereja yang lain. Bukan hanya di gereja lain, (tapi juga) di negara, di kabupaten, di kota, atau provinsi yang lain, yang memiliki cara pandang masing-masing,” urai Gus Yasin, sapaan akrabnya.

Bacaan Lainnya

Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri Pelantikan Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pendeta Indonesia (API) Jawa Tengah periode 2022-2027 yang dilaksanakan di Auditorium Hall IFGF, Selasa (12/07).

.IMG 20220713 WA0136

API Jateng adalah organisasi yang beranggotakan para pendeta dari berbagai gereja dengan denominasi (aliran) masing-masing, akan bisa menjadi jembatan komunikasi antarumat Kristiani, sehingga menumbuhkan persatuan di antara mereka.

“Saya pikir, saya rasa, panjenengan semua memiliki kesibukan yang super. Apalagi ketemu dengan umat, ketemu dengan jemaat, yang banyak begitu keluhannya, banyak resahnya, banyak keluh kesahnya dan mereka menuntut panjenengan semua memberikan solusi. Karena bagaimana pun juga mereka butuh tuntunan, dan tuntunan itu ada dalam Alkitab yang artinya adalah panjenengan semua yang harus menafsirkan,” tuturnya.

Menurut wagub, perbedaan yang ada, tetap harus kembali ke kitab suci karena itu tidak boleh dirusak. Kitab suci menjadi payung besar untuk menyatukan. Pendeta yang tergabung dalam organisasi API, punya peran sebagai jembatan komunikasi dengan para jemaatnya. Bagaimana pun, setiap manusia memiliki sudut pandang masing-masing dan keinginannya juga beda-beda. Tidak mungkin manusia itu satu keinginannya.

“Pasti berbeda. Kalau keinginannya hanya satu, ngapain kita berbicara, ngapain kita bermusyawarah, ngapain kita berdiskusi, cukup kita duduk, toh tujuan kita sama. Di situlah keberagaman itu yang seharusnya menjadi kunci sukses kita, kunci kebersamaan kita untuk saling mengisi, yang mana dengan perbedaan itu menunjukkan bahwa kita sebagai hamba adalah kelemahan, dan kekuatan ada di Tuhan,” pungkasnya.(ap)

Pos terkait