Mercusuar.co, Purbalingga – Selama libur lebaran Idul Fitri 1443 Hijriyah, Tourisme Information Center (TIC) Kabupaten Purbalingga melaksanakan monitoring kunjungan wisatawan ke seluruh Daya Tarik Wisata (DTW) yang ada di Kabupaten Purbalingga. Salahsatu tujuan dari monitoring tersebut adalah untuk memantau penerapan protokol kesehatan (prokes) di masing-masing DTW.
“Pantauan kami salah satunya adalah tentang penerapan prokes di setiap DTW. Mengingat pandemi masih belum bisa dikatakan selesai,” ungkap Bambang Edi Siswondo, Ketua TIC Kabupaten Purbalingga kepada Mercusuar.co, Selasa (10/5/2022).
Lebih lanjut Edi menerangkan pantauan selama libur lebaran dilakukan secara inten di setiap DTW, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun oleh pihak swasta, termasuk DTW yang dikelola oleh Pemdes dan Pokdarwis.
“Setiap hari kami berkeliling meninjau langsung ke lokasi, memantau kesiapan dan sekaligus pelaksanaan prokesnya,” terangnya.
Selama pemantauan, Edi mengaku tidak mendapati ada kendala bagi pengelola maupun pelaku wisata dalam melaksanakan prokes. Semua terpantau dengan baik.
“Dari pihak pengelola wisata tidak ada masalah, semua aman. Kelengkapan prokes juga tersedia dengan baik. Hanya saja masih ada pengunjung yang mungkin lupa tidak bawa atau lupa mengenakan masker. Namun hal itu bisa diatasi oleh masing-masing DTW, karena dari pihak pengelola DTW juga menyediakan masker,” ujarnya.
Libur lebaran tahun ini juga diakui oleh Edi sebagai tahun kebangkitan perekonomian bagi pelaku wisata, jumlah kunjungan di hampir seluruh DTW meningkat. Hal ini menurut Edi tidak luput dari peran pemerintah yang kembali menerapkan peraturan boleh mudik bagi perantau.
“Kemarin hampir dua tahun sektor ekonomi pariwisata boleh dibilang tiarap, karena pandemi. Tahun ini alhamdulillah ada harapan cerah, kunjungan wisata baik dari dalam kota maupun luar kota mengalami peningkatan yang signifikan,” ujarnya lagi.
Di sektor DTW kuliner juga mengalami hal yang sama, kenaikan omset yang boobastis. Sepertihalnya Purbalingga Food Center (PFC) dan Kia Kia Mayong selama libur lebaran mengalami peningkatan kunjungan yang drastis.
“Yang tidak kalah menarik adalah DTW kuliner, hampir semua tempat makan dan jajan dipadati pengunjung siang malam. Pun itu terjadi di seluruh tempat, bukan saja di tempat-tempat strategis, pedagang makanan di sepanjang jalan dari kota ke desa-desa mengalami hal yang sama, makanan habis sebelum waktunya. Bahkan banyak yang menambah persediaan,” lanjutnya.
Edi berharap moment lebaran tahun ini menjadi awal, pembuka yang berkelanjutan pada moment-moment berikutnya. Bahkan diharapkan pula geriap kunjungan wisata tidak hanya berhenti saat libur lebaran usai. Namun secara reguler kunjungan wisata akan terus meningkat, karena sektor pariwisata adalah salah satu sektor yang bisa menjadi prime over perkonomian masyarakat.
“Di negeri kita makin banyak masyarakat yang bergantung pada sektor ekonomi pariwasata, karena wisata sendiri merupakan penunjang perekonomian yang menjanjikan. Maka harapannya bagi para pengelola dan pelaku wisata berlombalah memperbaiki sajian yang menarik, eksotik dan tidak membosankan. Agar bisa terus menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung,” harapnya.
Edi menambahkan, di Kabupaten Purbalingga akses transportasi wisata dan perekonomian sudah sangat mencukupi, infrastruktur juga sudah lengkap, termasuk telah beroperasinya bandara JB Soedirman. Artinya, menurut Edi perkembangan pariwisata di kabupaten Purbalingga dukungannya sudah terpenuhi.
“Sebenarnya dukungan agar sektor pariwisata dan perekonomian kian maju sudah cukup menjanjikan. Semua DTW mudah aksesnya, insfrastruktur sudah memadai, destinasinya juga makin beragam dan manarik. Ada wisata alam, wisata modern, wisata edukasi, wisata sejarah dan budaya. Namun untuk mendukung semua itu ada hal yang tidak kalah harus diperhatikan, yaitu pelayanan. Kami berharap agar para pengelola DTW bisa memberikan pelayanan terbaik agar wisatawan bisa betah berada di lokasi wisata yang ada di Purbalingga. Trend pariwisata sekarang sudah bergeser dari 3S yang lama yaitu ‘see, sand, sun/sex’ bergeser ke 3S yang baru yaitu ‘Serenity, Spiritualisme and Sustainable’. Hal ini juga harus diperhatikan oleh para pengelola dan pelaku wisata,” pungkasnya.(*)