Bupati dan Forkopimda Tarling dan Resmikan Musola Birrul Walidain RW.04 Sudagaran Barat

26dtarling wsb ang

MERCUSUAR.CO, Wonosobo – Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat bersama Jajaran Forkopimda melakukan tarawih keliling (tarling) di Musola Birrul Walidain, RW.04 Sudagaran Barat, Senin (25/4/2022) malam.

Dalam kunjungan tersebut Bupati dan pejabat Pemkab Wonosobo melaksanakan salat isya dan tarawih berjamaah. Dilanjutkan peresmian Musola Birrul Walidain yang terletak di Kampung Sudagaran Barat, Wonosobo Timur.

Bacaan Lainnya

Tarawih keliling yang rutin dilaksanakan oleh jajaran Forkopimda selama Ramadan memberikan kesan tersendiri bagi Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat.

1650959719795 01
Bupati dan Forkopimda Tarling dan Resmikan Musola Birrul Walidain RW.04 Sudagaran Barat 3

Dia menilai tim nya begitu kompak dalam kegiatan yang juga mengunjungi 25 desa miskin ekstrim dan 17 lokus stunting. Hal ini juga salah satu momentum untuk terjun langsung demi mengurai kedua permasalahan tersebut.

Bupati Afif menjelaskan selama tarling tak hanya sekedar kunjungan saja, melainkan juga berbagi kasih dengan masyarakat yang membutuhkan melalui ASN Bersedekah.

Kedua, dia beserta Forkopimda yang dibagi dalam delapan tim ini meninjau langsung ke lapangan, mengapa daerah tersebut bisa dikatakan miskin ekstrim dan lokus stunting.

“Semua jajaran ada Dandim, Kapolres, Kajari, BUMD, BUMN, Kementerian Agama dan yang lain bisa hadir dan saya juga tidak tahu kenapa bisa kompak begini.

Sebab kita tidak bisa sendirian dalam menyelesaikan masalah stunting dan kemiskinan,” tutur Afif yang ditemui usai tarling sekaligus meresmikan Mushola Birrul Walidain di Sudagaran Barat, kemarin (25/5) malam.

Dia mengatakan akan melakukan tindak lanjut dari berbagai temuan di lapangan, termasuk membedah alasan mengapa desa tersebut miskin dan atau mengapa banyak anak stunting. Kemudian akan dilanjut dengan merumuskan penyelesaian dari permasalahan tersbut.

“Kita bedah data by name by address. Setelah Ramadan ini akan kita rilis, kami cek betul apa penyebabnya.

Ataukah pernikahan dini, atau kurang peduli akan gizi yang baik untuk anak, dan setelah ada kebijakan akan dihitung berapa anggaran yang dibutuhkan guna mengurainya,” imbuh Afif.

Dirinya mengaku prihatin saat menjumpai anak yang berusia 6 tahun di salah satu desa stunting yang tinggi dan berat badannya tidak semestinya.

“Dia juga punya adik umur 3 tahun, ya sama kondisinya stunting. Saya bertanya apakah belum ada intervensi,” tukasnya.

Soal desa dengan miskin ekstrim dia menjelaskan, ada banyak indikasinya. Salah satunya masalah jamban, yang ternyata banyak masyarakat belum memiliki.

“Ada beberapa rumah yang memiliki toilet, jadi maaf mereka buang air di saluran kolam ikan. Ini lah bagian dari indikator BPS yang masuk kriteria daerah miskin,” kata Afif.

Namun dia optimis kedua masalah tersebut bisa tertangani pada akhir 2024. Dengan catatan data yang dimiliki jelas dan terverifikasi dengan benar.

“Dalam tarling ini kan kita sekaligus dalam rangka validasi data. Semua akan kita olah dan tuntaskan,” pungkas Afif.

Pos terkait