MERCUSUAR.CO Wonosobo - Stunting masih terus menjadi fokus yang harus dientaskan. Untuk itu, Danone Indonesia mempertegas komitmen dalam pencegahan stunting melalui program TANGKAS, yang juga mendapat apresiasi dari Pemkab Wonosobo.
Direktur Sustainable Development Danone Indonesia, Karyanto Wibowo menjelaskan TANGKAS merupakan kepanjangan dari Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting. Program kerja tersebut sudah terlaksana sejak tahun 2019 di Wonosobo yang bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) sebagai pendamping.
"Awalnya kami mulai dengan dua desa lokus stunting, yaitu Desa Pagerejo Kecamatan Kertek dan Desa Pulosaren Kecamatan Kepil. Tahun ini kami kembangkan ke tujuh desa lokus," tutur Karyanto usai penandatanganan MoU bersama Pemkab Wonosobo dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting di Pendopo Kabupaten Wonosobo, Jumat (22/4).
Menurut Karyanto stunting merupakan permasalahan serius yang harus dibereskan, sebab berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) pada 2021 angka prevalensi stunting di Wonsobo berada di angka 28,1 persen. Artinya belum mencapai target yang ditetapkan pemerintah pusat yakni 14 persen.
Jika tidak diintervensi, lanjut Karyanto, anak stunting dikhawatirkan tidak akan cukup kompetitif saat sekolah maupun dalam dunia kerja. Apalagi Indonesia akan mengalami bonus demografi pada yang diprediksi puncaknya pada 2030 mendatang.
"Pada tahun itu 70 persen penduduk Indonesia berusia produktif. Kalau tidak ditangani kesempatan mendapat bonus demografi itu terancam, akibatnya negara kurang kompetitif dan berkembang," tegas dia.
Program TANGKAS mulanya dimulai dengan melakukan pendekatan Sekolah Lapang Keluarga Sehat (SLKS) bagi keluarga terdampak stunting. Tujuannya agar mengajak masyarakat berpikir mandiri, melakukan riset dan mengevaluasi permasalahan stunting yang dialami peserta. Tak ketinggalan juga soal implementasi pola hidup bersih dan sehat, penerapan gizi seimbang dan penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) serta perbaikan akses air bersih melalui program Water Access Sanitation dan Hygiene.
"Program pada 2019 ini telah mampu menjangkau penerima manfaat sebesar 1.332 jiwa, yang terdiri dari ibu balita terindikasi stunting, kader posyandu, ibu hamil, penerima benih sayur, penerima manfaat air bersih, dan remaja," tukas dia.
TANGKAS dilanjutkan pada tahun 2020 dengan fokus pada tujuh Desa di Kabupaten Wonosobo yang tersebar di berbagai kecamatan. Program ini kemudian berfokus pada peningkatan kapasitas kader kesehatan, perbaikan akses sumber gizi, perbaikan akses air bersih, asistensi kader dan masyarakat terkait isu stunting, hingga edukasi PHBS telah dilakukan.
"Tercatat hingga tahun 2021 total penerima manfaat meningkat menjadi sebesar 2.819 jiwa. Terbanyak adalah penerima manfaat berupa akses air bersih sebanyak 1.240 jiwa," imbuh Karyanto.
TANGKAS 2022, lanjut Karyanto, sejalan dengan visi keberlanjutan usaha Danone yakni One Planet, One Health, bahwa kesehatan masyarakat berkaitan erat dengan lingkungan yang harus dijaga secara selaras. Pihaknya juga mendorong upaya pencegahan stunting dengan kolaborasi yang kuat, diharapkan kelembahaan tim monitoring desa dan penguatan Kelompok Pengelola Sarana Prasarana Air Minum (KPSPAM) bisa terbentuk.
"Stunting tidak bisa diselesaikan sendiri, diperlukan juga kerja sama pentaholix antara pemda, akademisi, NGO, media, komunitas atau masyarakat. Kami harap dengan kerja sama ini bisa mengentaskan stunting di Wonosobo. Target kami bisa zero stunting pada 2024," tutup dia.
Pada saat yang sama Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat menyatakan optimis bahwa pada 2024 bisa menekan angka stunting sebagaimana target nasional yakni 14 persen. Apalagi ditambah dengan berjalannya program TANGKAS yang digagas oleh Danone Indonesia.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, lanjut Afif, ada 5 sasaran prioritas yang harus diperhatikan dan menjadi sasaran intervensi. Di antaranya remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan balita 0-59 bulan.
"Saya mengapresiasi program TANGKAS dalam pencegahan dan penanganan stunting berkelanjutan sejak 2019. Mereka juga selalu memberi report kinerja yang terukur, bahkan merupakan satu kesatuan program intervensi gizi spesifik dan sensitif yang melibatkan multi sektor," kata Bupati Afif dalam sambutannya.
Sementara itu Kepala Bappeda Jaelan menjelaskan ada 18 desa di Wonosobo dengan angka stunting tinggi. Sementara tujuh di antaranya menjadi lokus pilot project TANGKAS tahun ini, yakni di Kecamatan Kejajar meliputi Desa Surengede, Serang, Tieng dan Tambi, Kecamatan Kertek ada di Desa Kapencar dan Pagerejo, sedangkan Kecamatan Kepil hanya Desa Tanjunganom.
"Namun demikian, desa lain tetap kami pantau dan upayakan penanganan. Pemerintah sendiri melalui dana APBD menggelontorkan dana sekitar Rp61 M untuk penanganan stunting," kata Jaelan.(ang)