Kebiasaan Merokok dan obesitas Daspat Sebabkan Autoimun

18aobesitas

MERCUSUAR.CO Masalah kesehatan autoimun belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun beberapa faktor bisa meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit autoimun. Seperti rata-rata perempuan, punya riwayat autoimun di keluarga, obesitas, atau berat badan yang over, kebiasaan merokok.

Kemudian, sering menggunakan obat yang memengaruhi kekebalan tubuh, seperti obat simvastatin atau antibiotic, terpapar bahan kimia atau cahaya matahari, infeksi bakteri atau virus, dan lainnya. Hal tersebut diungkapkan dr. Dyah Anggraeni, M.Kes, Sp.PK, Direktur Utama Laboratorium Klinik CITO pada Acara Webinar Comprehensive Autoimun Management, bersama IDI Kota Semarang dan Perhimpunan Reumatologi Indonesia, belum lama ini.

“Tanda-tanda gejalanya meliputi cepat lelah, pegal otot, ruam kulit, demam ringan, rambut rontok, sulit konsentrasi, kesemutan tangan dan kaki. Bisa jadi itu gejala autoimun, sehingga perlu kewaspadaan tinggi,” ungkapnya.

Perlu diketahui, autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuhnya sendiri.

Bisa dibilang, autoimun semacam senjata makan tuan, karena sistem kekebalan di dalam tubuh itu diciptakan untuk menjaga dari serangan organisme asing, seperti virus dan bakteri. Mereka akan bereaksi cepat dengan melepas protein antibodi, ketika ada penyakit masuk.

Pada penderita autoimun, sistem kekebalan tubuh mendeteksi sel tubuh yang sehat justru sebagai organisme asing, seperti penyakit yang masuk. Maka antibodi dilepaskan tubuh untuk menyerang sel-sel sehat tersebut. Karena itu, autoimun ini sangat berbahaya, karena gejalanya berbeda-beda.

Untuk mendeteksi autoimun dengan tepat dan presisi dr. Dyah Anggraeni, M.Kes, Sp.PK menyarankan agar melakukan cek ke laboratorium.

“Untuk lebih tepat dan presisi kita mengetahui menderita autoimun atau tidak dengan melakukan cek ke laboratorium. Laboratorium CITO ini adalah salah satunya yang terus mengembangkan pemeriksaan di bidang autoimun, agar bisa tertangani dan dapat dimonitor dengan baik,” jelasnya.

Ia mengatakan di Laboratorium Kliniknya mampu mengerjakan beberapa parameter autoimun dan rematik, antara lain ANA Immunofluorescence, ANA Profile, Ana Elisa, Sel LE (Lupus Erythematosus) , LE Tes, Anti Ds DNA, IgM/IgG ACA, IgM/IgG B2GPI, Anti CCP dan masih banyak lagi.

“Jika kita memang mengalami gejala yang mendekati ciri-ciri autoimun tersebut maka disarankan segeralah konsultasi ke dokter,” jelasnya.

Pos terkait