Pria Menendang Sesajen di Gunung Semeru Pernah Mengajar Tahsin Bacaan Al-Quran

12amenjajar

MERCUSUAR.CO, Magelang – Hadfana Firdaus, pria yang diduga melakukan perusakan sesajen di sekitar lokasi erupsi Gunung Semeru, diketahui pernah menjadi pengajar di Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu, Magelang. Pihak pesantren menegaskan tindakan Hadfana tidak mewakili ajaran pondok.

Wakil Direktur Bidang Pengembangan dan Pembangunan Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu, Ahsin Qolbaka mengakui, pria yang terekam video tengah membuang dan menendang sesajen di sekitar lokasi erupsi Gunung Semeru adalah Hadfana Firdaus.

Ahsin menyebut Hadfana mulai menjadi pengajar di Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu sekira tahun 2019. Di sini, Hadfana mengampu pelajaran kaligrafi dan tahsin bacaan Al-Quran.

Per 1 Desember 2021, Hadfana mengundurkan diri dari pesantren lantaran menyusul istrinya, pengajar juga di pesantren itu, yang mengundurkan diri pada November 2021, kata Ahsin.

Terkait tindakan yang dilakukan Hadfana, Ahsin menyayangkan hal tersebut lantaran tidak sesuai dengan koridor yang ditetapkan pihaknya, yakni hidup berdampingan dengan adat yang berkembang di masyarakat.

“Kami, dalam berjalannya pesantren ini, tidak pernah menyentuh urusan-urusan adat di lereng Merapi Merbabu,” ujarnya saat ditemui di pesantrennya yang terletak di Dusun Windusajan, Desa Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Selasa (11/1).

Kehadiran Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu sejak 2010, menurut Ahsin, juga tidak mendapat penolakan dari masyarakat. Saat berkegiatan dengan masyarakat pun pesantren mendapatkan sambutan baik.

Bersamaan dengan tindakan yang dilakukan Hadfana, Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu ternyata sedang mengirimkan empat santri ke sekitar lokasi erupsi Gunung Semeru sebagai relawan penanganan bencana.

Keempat santri itu antara lain Abdurrahman Alyas Haidar, Abdul Aziz Ali Abdul Hafidz, Rahmat Hardiansyah, dan Sentanu Adjie. Mereka bertugas di Lumajang, Jawa Timur sejak Januari hingga Februari 2022.

“Kalaupun yang bersangkutan (Hadfana) ada di lokasi (Lumajang) ketika (relawan) kami ada di sana, kami pastikan (Hadfana) bukan bagian dari pesantren,” tegas Ahsin.

Pos terkait