Pada Festival Anak Desa di Purbalingga, Wartawan Mercusuar.co Didapuk Jadi Juri Lomba Baca Geguritan

IMG 20220106 WA0036

MERCUSUAR.CO, Purbalingga – Amir M Sinnangga wartawan Mercusuar.co didapuk menjadi juri Lomba Baca Geguritan  pada pagelaran Festival Anak desa di Desa Pagerandong, Kecamatan kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Rabu (5/1/2022). Dalam penjurian Amir M. Sinnangga didampingi  Hestin Widiyanti (Kepala SD Negeri 1 Pagerandong) sebagai juri dari akademisi, Sutarko Gareng (Seniman Gaek Purbalingga) sebagai juri dari seniman. 

Kordinator Lomba Baca Geguritan Festival Anak Desa Sulung Watangkrama mengatakan, Lomba Baca Geguritan yang diikuti 17 peserta dari berbagai komunitas dan perseorangan di Kecamatan Kaligondang ini menghadirkan 3 orang juri dari kalangan akademisi, seniman dan wartawan. Hestin Widiyanti (Kepala SD Negeri 1 Pagerandong) sebagai juri dari akademisi, Sutarko Gareng (Seniman Gaek Purbalingga) sebagai juri dari seniman, dan Amir M. Sinnagga (Mercusuar.co) sebagai juri dari wartwan. 

“Agar lebih obyektif, dalam lomba ini kami undang 3 orang juri yang berbeda disiplin. Satu dari pendidikan, satunya seniman dan satunya lagi wartawan,” katanya.

Sulung menjelaskan, dalam penjurian ditetapkan 3 pemenang diantaranya Juara I Dani (personal Sanggar Umah Kartoon-Sidanegara), juara II Aprila syahrani (warga Desa Kembaran Wetan), dan juara III Safrinatun Najah (warga Desa Pagerandong).   

“Kita hanya mengabil 3 pemenang. Hasil moba sudah diumumkan, tapi pemberian tropy dilaksanakan bersam-sama dengan lomba yang lain pada ahir pagelaran Festoival Anak Desa,” jelasnya.

Sementara itu, Hestin Widiyanti sebagai salah satu juri di lomba tersebut mengaku terkesan dengan pagelaran lomba baca geguritan tersebut. Ia tidak menduga kalau di Purbalingga ternyata banyak koumitas seni yang perduli dan punya semangat untuk memakmurkan desanya melalui kesenian.

 “Ini luar biasa. Ajang Festifal Anak Desa yang di gagas Komunitas Umah Suwung Desa Pagerandong ini benar-benar menjadi tempat nyata untuk mengasah bakat minat anak-anak dan remaja, dan di desa yang jauh dari keramaian justru kehidupan seni sangat diperhatikan,” ujarnya.Hestin juga mengapresiasi kepada para peserta yang sudah tampil menunjukan kebolehannya dalam lomba tersebut,

“Saya sangat terkesan dengan penampilan semua peserta, terlihat mereka berusaha tampil baik, bukan hanya sekedar mengikuti kompetisi. Meski belajar otodidak dan waktu latihan yang pendek, penampilan mereka tidak kalah dengan ajang kompetisi sejenis di tingkat Kabupaten,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Hestin berharap sastra geguritan ini bisa berkembang dan digemari oleh anak-anak dan remaja, sebab mereka adalah pewaris budaya yang akan meneruskan estafet budaya ini pada generasi selanjutnya.Kendati demikian Hestin mencoba mengoreksi, masih banyak peserta yang mengalami kegaduhan dalam menegaskan kata-kata dalam syair yang dibacakan. Untuk pelafalan huruf konsonan d dan dh, serta huruf vocal  A, O, dan E, agak sulit dibawakan oleh anak, sebab mereka lebih familiar dengan bahasa Indonesia dibanding bahasa Jawa. 

“Tetapi dengan teknik yang benar, anak tetap dapat dilatih pengucapan/lafal yang benar sesuai maknanya,” pungkasnya optimis. ( Mir )

Pos terkait