Sejarah Indonesia Raya Berkumandang, WR Soepratman Dimata-Matai Belanda

28j WR Soepratman
Mercusuar/Dok - Wage Rudolf Soepratman atau yang biasa dipanggil WR Supratman merupakan salah satu tokoh nasional yang sangat dikenal masyarakat Indonesia dan tak bisa dilepaskan dari sejarah Sumpah Pemuda.

MERCUSUAR.COWage Rudolf Soepratman atau yang biasa dipanggil WR Supratman merupakan salah satu tokoh nasional yang sangat dikenal masyarakat Indonesia dan tak bisa dilepaskan dari sejarah Sumpah Pemuda.

WR Soepratman lahir pada Jum’at Wage tanggal 19 Maret 1903 di Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Namun banyak artikel yang menulis WR Soepratman lahir di Jatinegara karena tiga bulan setelah kelahirannya, ia dibawa orang tuanya ke Jatinegara.

Sejak muda, WR Soepratman telah menunjukkan karirnya di bidang musik.

Bersama Van Eldick, sang kakak ipar, WR Soepratman membentuk grup jazz band bernama Black And White.

WR Soepratman memanfaatkan kepiwaiannya alam bermusik untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan.

WR Soepratman turut hadir dan terlibat dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928, yang jadi cikal bakal Sumpah Pemuda.

Di hadapan seluruh peserta kongres tersebut, WR Soepratman memperdengarkan lagu Indonesia Raya untuk yang pertama kalinya.

Ia menggunakan iringan biola yang diberikan oleh kakak iparnya Van Eldick, saat berusia 17 tahun.

Sayangnya, WR Soepratman menjalani hidup yang tidak tenang setelah lagu Indonesia Raya itu dijadikan sebagai lagu Kebangsaan Indonesia.

Ia dimatai-matai oleh polisi Belanda karena adanya kata “Merdeka, Merdeka” pada lagu tersebut.

Pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Inonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan umum.

WR Soepratman kemudian hidup berpindah-pindah dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang selama empat tahun sejak 1933-1937.

Kemudian, W.R. Soepratman jatuh pada tahun 1937 sehingga dibawa kakaknya Ny. Rukiyem Supratiyah ke Surabaya.

Pada 7 Agustus 1938, W.R. Soepratman ditangkap oleh Belanda di studio Radio NIROM (Netherlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Surabaya.

Penangkapan ini terjadi lantaran lagu ciptaannya yang berjudul “Matahari Terbit” dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang.

Namun, penahanan ini tak berlangsung lama karena tidak ada bukti-bukti yang menunjukkan simpatinya terhadap Jepang.

Setelah dilepas dari tahanan, kondisi kesehatan W.R. Soepratman semakin menurun.

WR Soepratman meninggal dunia pada 17 Agustus 1938.

Karena jasanya yang besar bagi bangsa Indonesia, W.R. Soepratman dianugerahkan sebagai Bintang Mahaputra Anumerta III pada 17 Agustus 1960.

WR Soepratman juga mendapat gelar sebagai Pahlawan Nasional.

Pos terkait